Surat itu muncul di sela-sela rapat DPP Partai Golkar yang membahas nasib Novanto, Selasa petang. Bagai sebuah surat sakti, keinginan Novanto yang ada dalam surat itu pun langsung terkabul.
Hasil rapat pleno Partai Golkar memutuskan bahwa Novanto tetap menjabat ketua umum partai setidaknya sampai ada putusan praperadilan yang ia ajukan.
Tifatul melanjutkan, publik menjadi jengah atas 'akrobat' Novanto itu.
"Yang seperti-seperti inilah yang membuat publik menjadi jengah terhadap politik dan pada akhirnya menyalahkan seluruh politisi. Sekali lagi, jadi alangkah bijaknya kalau mau mundur," ujar Tifatul.
Ia yakin keputusan rapat pleno Partai Golkar untuk mempertahankan Novanto, baik sebagai Ketum Partai Golkar dan pimpinan DPR belum bersifat final.
"Ya belum sih. Kan mereka belum memutuskan secara bulat," ujar dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H