Periode pelambatan rotasi ini menurut Bilham dan Bendick diikuti oleh periode peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat lima tahun kemudian.
Dan kali ini periode pelambatan ini sudah dimulai sejak empat tahun yang lalu. Itu berarti tahun depan kita sudah bisa melihat peningkatan jumlah gempa bumi. Jika tahun ini hanya terjadi 6 gempa bumi, tahun depan kemungkinan bisa terjadi hingga 20 kali gempa atau tiga kali lipat lebih banyak.
Baca Juga: Gempa 6,4 SR Guncang Xizang, Ini Penjelasan BMKG
 Sayangnya peneliti belum memprediksi di wilayah mana gempa ini akan terjadi. Meski begitu Bilham sempat melontarkan asumsinya jika gempa bisa terjadi daerah khatulistiwa, mengingat sebagian besar gempa bumi yang hebat terjadi dekat dengan wilayah itu.
Klaim tersebut tidak didukung ahli lainnya
Salah satu yang tidak mendukung kesimpulan penelitian Bilham dan Bendick adalah Otago Earthquake Science Group.
Hal itu diungkapkan oleh profesor Mark Stirling dari University of Otago.
"Kami melihatnya hal itu sebagai korelasi kebetulan antara kejadian gempa dan fenomena yang tidak terkait," kata Stirling dikutip dari Newshub, Senin (20/11/2017).
Hal serupa juga dikatakan oleh Dr Virginia Toy yang merupakan dosen senior dari Univesity of Otago. Dia mengatakan bahwa korelasi statistik telah dibuat sebelumnya namun penelitian terbaru seharusnya tidak menimbulkan panik.
Baca Juga: Gempa Pasifik Pagi Ini Tak Berpotensi Tsunami di Indonesia
"Ada penelitian yang membahas apakah gempa bumi didahului oleh kilat atau terkait dengan pasang surut Bumi. Beberapa dari hasil korelasi hasil itu dapat dibuktikan secara statistik, tapi yang lain tidak," ujar Toy.