Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ramalan 2018 sebagai Tahun Gempa, Benar atau Isapan Jempol Belaka?

21 November 2017   20:14 Diperbarui: 21 November 2017   20:29 1778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang mengerumuni sebuah gedung bertingkat yang hancur akibat gempa berkekuatan 7,3 SR, di perbatasan Irak-Iran, Senin (13/11/2017). (AFP/Shwan Mohammed)SHWAN MOHAMMED

KOMPAS.com - Sebuah ungkapan mengatakan dunia tidak akan pernah berhenti berputar. Tapi faktanya, meski tidak benar-benar berhenti, sesekali pergerakan bumi melambat.

 Pelambatan rotasi bumi ini berhubungan dengan aktivitas seismik (pergerakan lempeng atau patahan, red) yang memicu jumlah gempa dengan kekuatan M 7,0 atau bahkan lebih. Terutama di daerah tropis yang padat penduduk.

 Hubungan antara rotasi bumi dan aktivitas seismik ini disoroti dalam sebuah makalah yang dipresentasikan bulan lalu pada pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika oleh Roger Bilham dari University of Colorado, Boulder dan Rebecca Bendick dari University of Montana, Missoula.

 Dalam studi tersebut mereka menulis meski pelambatan gerak bumi hanya mengubah lama hari dalam hitungan milidetik setiap harinya, tapi hal ini berdampak pada pelepasan sejumlah besar energi inti di Bumi.

Baca Juga: Waspada, Gempa Seperti di Iran Juga Bisa Terjadi di Indonesia

"Rotasi bumi dan aktivitas gempa memiliki korelasi yang kuat dan berakibat pada peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat tahun depan," kata Bilham seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (18/11/2017).

Studi ini mereka lakukan dengan meneliti katalog gempa selama 100 tahun terakhir yang berkekuatan M 7,0 atau yang lebih besar dari itu.

 Peneliti menemukan lima periode di mana terjadi peningkatan jumlah gempa bumi berskala besar. Dalam periode tersebut gempa bumi besar bisa terjadi antara 25 hingga 30 kali dalam setahun.

Lantas mereka mencoba mencari korelasi antara periode aktivitas seismik dengan faktor lain, dan menemukan saat rotasi bumi sedikit menurun maka akan diikuti dengan periode peningkatan jumlah gempa bumi yang besar.

 "Rotasi Bumi berubah sedikit, dalam hitungan mili detik dan itu bisa diukur dengan sangat akurat dengan menggunakan jam atom," kata Bilham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun