Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Caitlin Boyle, Dipukul dan Diperkosa Taliban Saat Ditawan 5 Tahun

21 November 2017   16:15 Diperbarui: 21 November 2017   16:26 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Boyle duduk ketika diwawancarai Kepala Koresponden Investigasi ABC News, Brian Ross, pada wawancara televisi pertama mereka sejak dibebaskan dari Taliban. (ABC News).

NEW YORK, KOMPAS.com - Seorang ibu asal Amerika Serikat mengungkapkan sejumlah penyiksaan yang dilakukan Taliban, saat ditawan selama lima tahun oleh kelompok ekstermis tersebut.

Caitlan Coleman Boyle, perempuan berusia 31 tahun, asal Stewartstown, Pennylvania, yang diculik ketika berwisata ke Afganistan bersama suamninya, Joshua Boyle, seorang warga negara Kanada.

Dia menceritakan kepada ABC Newsyang ditayangkan pada Senin (20/11/2017), tentang kebrutalan anggota Taliban dalam memperlakukan keluarganya selama lima tahun. Caitlan menerima pukulan, dan bahkan perkosaan.

Caitlan mengatakan beberapa penjaga membenci anak-anaknya, dan kerap memukul putra sulungnya dengan tongkat. Mereka beralasan putranya sering membuat masalah dan terlalu berisik.

Baca juga : CIA: Pembebasan Keluarga Boyle Hanya Kolusi Pakistan dan Taliban

Ketika dia berusaha untuk menghalangi aksi para penjaga yang mengincar anaknya, Caitlan malah dipukul.

"Saya dipukul, ditendang, dan dilempar ke tanah," katanya.

Joshua menuturkan, istrinya mengalami luka serius ketika berdebat dengan penawan untuk menjauh dari anak-anaknya.

"Tulang pipinya patah. Dia (Caitlan) bahkan pernah mematahkan tangan dan jarinya ketika memukul mereka, dia bangga dengan luka itu," ujarnya.

Paling menyedihkan lagi ketika para penawan membunuh janin di rahimnya dengan aborsi. Kemudian, dia diperkosa secara bergantian oleh dua orang karena melaporkan tindakan keji mereka ke pimpinan kelompok itu.

"Mereka terus berkata hal ini (perkosaan) akan terus terjadi jika kami tidak berhenti membicarakan tentang pemaksaan aborsi," kata Caitlan.

Baca juga : Joshua Boyle Cerita Soal Istrinya yang Diperkosa Teroris Taliban

"Fokus kami untuk mencoba meminta pertanggungjawaban mereka atas pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia terhadap kami dan orang lain," ucap Joshua.

Pasangan itu diculik ketika berwisata ke timur Afganistan, di wilayah konflik di Provinsi Ghazni pada 2012.

Jaringan Haqqani, kelompok ekstremis Taliban Afganistan, menangkap dan memenjarakan mereka. Kemudian, memindahkan keduanya ke Pakistan.

Kala itu, Caitlin sedang mengandung anak sulungnya. Kemudian dia melahirkan dua anak lainnya selama diculik.

Hanya Joshua yang membantu proses persalinan istrinya. Tak ada dokter yang menolong.

Gambar Keluarga Boyle dari potongan video yang dirilis Taliban di sosial media pada 19 Desember 2016. (ABC News)
Gambar Keluarga Boyle dari potongan video yang dirilis Taliban di sosial media pada 19 Desember 2016. (ABC News)
Permainan Penggal Kepala

Keluarga Boyle berpindah-pindah tempat ketika ditawan di Paskistan. Selama terbelenggu dalam penawanan, keluarga itu hanya tinggal pada sebuah kamar, biasanya di bawah tanah, tak jarang juga hanya beralaskan beton dan lantai kotor.

Mereka menggunakan barang-barang tak terpakai di ruangan itu untuk menyelimuti anak-anak mereka.

"Kami mengajari mereka bagaimana membuka tutup botol atau memanfaatkan kardus bekas. Apapun kami gunakan untuk bisa bermain bersama mereka," kata Caitlin.

Joshua mengajari abjad, geografi, dan perbintangan ke putra tertuanya. Mereka mencoba hal terbaik untuk membuat suasana mencekam sedikit menyenangkan.

Baca juga : Dibebaskan dari Taliban, Boyle Tolak Pulang Pakai Pesawat Militer AS

Mereka menceritakan sejarah Inggris tentang kisah eksekusi mati Raja Charles I pada 1649, untuk membuat permainan pemenggalan kepala, sehingga mengurangi ketakutan putra sulungnya jika para penculik melakukan hal yang sama ke Joshua atau Caitlin.

"Dia tahu hal seperti itu bisa terjadi pada keluarganya. Dia sangat senang berpura-pura menjadi Oliver Cromwell yang mengejar Raja Charles I dan mencoba memenggalnya," kata Caitlin.

Sebelumnya, Pemerintah AS telah merencanakan serangan komando untuk menyelamatkan keluarga tersebut. Namun, pejabat setempat terkejut ketika keluarga Boyle justru berada di tahanan militer Paskistan.

Joshua memastikan ada baku tembak ketika mereka diselamatkan dari penawanan.

Kini, kedua fokus untuk merjaut masa depan dalam keluarganya. Caitlin menyebut anak-anak mendapat trauma berat selama bertahun-tahun ditawan.

"Aku berharap mereka menemukan kebahagiaan dan keceriaan untuk menyembuhkan trauma itu," katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun