Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gas Rawa Melimpah Ruah, Sudah 2 Bulan Warga Tak Lagi Beli Gas Melon

15 November 2017   09:00 Diperbarui: 15 November 2017   09:07 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, memasak dengan kompor gas yang teraliri gas Rawa, Selasa (14/11/2017).

Isyarat alam di Desa Rajek membuat gatal telinga pemerintah sehingga ditindaklanjuti. Pada 2013, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah menerjunkan Tim Ahli Geologi untuk menggelar riset di Desa Rajek.

 Di luar perkiraan, hasil penelitian mencatat bahwa ternyata kandungan gas alam melimpah ruah terpendam di tanah Desa Rajek. Secara ilmiah, ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan bahwa gas alam di Desa Rajek itu sebagai gas rawa, yaitu gas alam yang bersemayam di kedalaman yang dangkal.

 Di Desa Rajek, gas yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan itu ditemukan di kedalaman sekitar 30 hingga 40 meter.

 "Luar biasa kandungan gas rawa di Desa Rajek. Gas rawa di Desa Rajek berada di kedalaman 30 meter hingga 40 meter. Lokasinya di spot-spot tertentu. Jenisnya biogenik gas dan di kedalaman dangkal. Usia lebih muda dan bersih dibanding gas alam yang terpendam di kedalaman ratusan hingga ribuan meter. Kandungan Metana (CH4) lebih banyak. Secara geologi, kami yakin jika dibor di kedalaman yang lebih dalam lagi, akan lebih banyak lagi kandungan gas alam yang tersimpan di Desa Rajek," ungkap Ketua Ahli Geologi yang meneliti di Desa Rajek, Handoko Teguh Wibowo.

Lulusan S2, Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA itu menyampaikan, pada tahun 2017, melalui bantuan anggaran dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pihaknya diminta fokus memanfaatkan gas alam tersebut untuk memberdayakan masyarakat.

 Sampai akhirnya, Handoko yang merupakan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Jatim ini mencetuskan ide untuk mengalirkan gas rawa itu ke setiap rumah warga sebagai pengganti tabung gas melon. Lalu diciptakanlah teknologi tepat guna untuk pemanfaatan gas alam.

 Dari tiga titik lokasi pengeboran, air yang mengandung gas rawa itu dialirkan melalui pipa atau pipanisasi menuju separator. Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang berfungsi untuk memisahkan air dan gas.

 "Air kami buang dan gas kami alirkan melalui pipa ke kompor warga. Di selang pada kompor kami beri stop kran dan regulator untuk mengatur kestabilan gas. Kami jamin peralatan mini yang kami buat ini aman dan nyaman. Ini percontohan pertama di Indonesia yang mengalirkan gas rawa ke kompor warga. Gas rawa sama fungsinya dengan gas alam lain. Untuk bahan bakar industri, kendaraan bermotor, kebutuhan memasak rumah tangga, hotel, restoran dan sebagainya," tutur Handoko yang juga dosen di jurusan Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhitama Surabaya (ITATS).

 "Untuk gas rawa di Desa Rajek bisa saja dialirkan ke seluruh rumah warga maupun digunakan untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat yang lain. Gas rawa Desa Rajek jika terus dipakai diprediksi bisa sampai seratus tahun baru habis," tutur pria yang juga menjadi Ketua Pokja penanganan Lumpur Sidoarjo atau Lapindo ini.

 

Warga Desa Rajek, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, memasak dengan kompor gas yang teraliri gas Rawa, Selasa (14/11/2017).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun