Baca juga : Tidak ke Anies, Konsep Reklamasi Jakarta Jaya Diserahkan ke Jokowi
 Kendati demikian, dalam rancangannya tersebut Jesse tak menutup kemungkinan untuk melibatkan pengembang swasta, namun dengan catatan tersendiri.
Investasi dari pengembang dipandang Jesse bisa menjadi akselerator ganda bagi Jakarta untuk mempercepat pembangunan.
 "Yang jelas, tanah dimiliki oleh kota, milik negara. Dengan begitu maka pemerintah punya kendali tanah, mana yang bisa untuk masyarakat, mana untuk pengembang. Jadi tak semata-mata karena pasar saja seperti reklamasi yang terjadi saat ini," tambah dia.
 Para pengembang, lanjut Jesse bisa membangun hotel, resor, ataupun vila, tetapi konsekuensinya harga tanah lebih akan lebih tinggi.
 Namun sebaliknya, apabila para pengembang itu ingin membangun rumah murah atau hunian terjangkau bagi masyarakat maka harga tanahnya akan lebih rendah.
"Itu merupakan salah satu cara untuk membangun diversitas kota," ucap Jesse.
 Sebagai informasi, masterplan kota cerdas bertajuk "Jakarta Jaya: The Green Manhattan" dari SHAU Architects ini berhasil menjadi satu dari 11 pemenang ajang WAFX Prize 2017.
 WAFX Prize merupakan penghargaan atas karya arsitektur dunia proyek masa depan berbasis tantangan yang dihadapi sebuah wilayah dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan.
 Proposal yang diajukan SHAU, terpilih sebagai pemenang menyingkirkan ratusan proposal lain dari 68 negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H