Tri yang menjadi bagian dari tim dokter medis ASIAN Games 2018 itu juga mengatakan, sudah saatnya Indonesia menggagas pemeriksaan kesehatan sebelum bertanding.
Pemeriksaan itu bisa meliputi elektrokardiografi untuk memeriksa kesehatan jantung dan pemeriksaan fisik.
“Apa dia ada cidera atau tidak itu harus diperiksa, atau ada riwayat aneurisma. Kalau pernah patah tulang pakai pengaman diri. Kalau perlu pemain itu tidak bertanding secara penuh,” kata Tri.
Baca Juga: Bagaimana Kasus Choirul Huda Beri Pelajaran tentang "Hypoxia"?
Tri menuturkan, pemeriksaan kesehatan belumlah dilakukan pada semua cabang olahraga. Cabang olahraga tinju menerapkan pemeriksaan namun sebatas berat badan. Sedangkan sepakbola, menurut, Tri tak melakukan hal itu.
“Saya beberapa kali lihat pertandingan sepakbola Indonesia jarang ya. Kalau pemeriksaan laboratorium, lihat elektokardiografi jarang. Ini perlu sehingga kami dokter emergency punya data apa yang harus disipakan. Harusya ada medical check up sebelum bertanding,” kata Tri.
Sementara itu, Alfan Nur Asyhar, dokter tim nasional U-16 Indonesia, mengungkapkan bahwa kasus Choirul Huda menegaskan perlunya pendidikan khusus bagi tim medis olahraga.
"Mengeluarkan budget yang besar untuk medis saya rasa bukanlah kerugian," katanya.
Menurut Alfan, pengetahuan tentang cedera olahraga perlu dikuasai tim medis yang bertugas.
"Terkadang yang bertugas sebagai tim medis bukanlah seorang dokter, kadang fisioterapi, masseur, dan tenaga paramedis," katanya.
ia menambahkan, federasi juga perlu memikirkan penambahan alat yang diperlukan, mulai obat-obatan, alat emergency musculosceletal, emergency cardiorespiration, AED (defibrilator jantung), alat cek suhu udara dan kelembaban.