PYONGYANG, KOMPAS.com – Korea Utara diam-diam telah mengatur pertemuan dengan beberapa analis yang memiliki hubungan dengan Partai Republik di Amerika Serikat.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya untuk memahami Presiden Donald Trump dan pesan-pesan Trump yang membingungkan dan merisaukan rezim Kim Jong Un.
Harian The Independent, Kamis (28/9/2017), melaporkan, “Perhatian Nomor 1 Mereka adalah Trump”.
Korut dilaporkan telah merekrut beberapa analis Asia yang memiliki koneksi dengan sejumlah Republiken agar bisa mengerti Trump karena “Mereka tak bisa memahaminya.”
Baca: Sebut Trump "Orang Gila", Kim Jong Un Makin Yakin Tindakannya Benar
Memurut media Inggris itu, para petinggi Korut telah secara diam-diam berusaha mengatur pertemuan dengan beberapa analis tersebut.
Pendekatan itu telah dimulai sebelum Donald Trump dan Kim Jong Un masuk ke dalam perang kata-kata.
Namun, upaya itu semakin mendesak kini setelah kedua pemimpin dalam kecamannya telah menyebut nama lawannya dalam kata-kata yang lebih keras.
Misalanya, Trump dicap Kim Jong Un sebagai orang tua yang gila. Sebaliknya, Trump mencap Kim Jong Un sebagai “rocket man”. Pemimpin tertinggi Korut itu sangat tersinggung.
Baca: Trump Ejek Kim dengan Sebutan “Little Rocket Man”
Banyak analis khawatir, perang kata-kata yang meningkat menjadi kesalahpahaman yang besar bisa menimbulkan bencana lebih besar yakni perang sesungguhnya.
"Perhatian Nomor 1 mereka adalah Trump. Mereka tidak bisa memahaminya," kata seorang sumber yang mengetahui langsung adanya pendekatan dari Korut terhadap pakar-pakar Asia yang memiliki hubungan dengan para Republiken.
Trump menjadi Presiden AS atas dukungan dari Partai Republik.
Baca: Tersinggung oleh Ledekan "Rocket Man", Kim Jong Un Takkan Menyerah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H