Sebenarnya itu termasuk perilaku yang kejam.
Datang ke rumahmu sore hari sebelum magrib, begitu magrib aku berdiri dan adzan dengan fasih.
Keluar salat berjamaah yang diimami oleh bapakmu. Ini juga penting dengan bapakmu aku juga lagi shalat.
Setelah tamat SMA kau bekerja di BNI. (Lalu) kuliah sore.
Sampai kuliah aku juga bekerja di kantor bapakku, agar bisa sering terbang, sekali seminggu aku minta menjadi asisten dosen dan mengajar di kelasmu tanpa honor.
Semua itu agar bisa bertemu denganmu, dan melihat senyummu.
Keras sekali perjuanganku tapi demi menatapmu. Akhirnya kau luluh juga.
Ayahku akhirnya memahami perbedaan adat kita, selain ibuku dan sahabatnnya memberi nasihat.
Mungkin juga setelah membaca buku Hamka, tenggelamnya kapal Van der Wijk.
Semua itu karena untuk melihat senyummu.
Saat orangtuaku melamarmu untuk jadi istriku, aku melihat cakrawala tersenyum perjuangan cinta bertahun-tahun yang berbuah manis.