Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Matur Nuwun Pak Jokowi, Santri Al Mina Akan Kirim Tomat ke Istana"

21 Agustus 2017   08:15 Diperbarui: 21 Agustus 2017   08:23 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengelolaan lahan pertanian hidroponik ini setiap hari dilakukan oleh para santri Al Mina secara bergantian.

Sebagaimana aturan di Pondok Pesantren Salafiah, pengurus pondok membuatkan jadwal bagi santri putra dan santri putri secara terpisah untuk merawat tanaman di greenhouse.

Para santri yang piket ini juga diberikan tugas yang berbeda-beda setiap harinya. Seperti Lailatul Mashuroh (16), siswa kelas II SMK Al Mina. Ia piket setiap hari Kamis dan Senin sore, serta Sabtu pagi.

Jika bertugas pagi, Masruroh membantu penyerbukan dengan cara menggerakkan batang tanaman secara perlahan agar serbuk sari bisa menempel pada stigma. Sebab tanaman tomat adalah tanaman hermafrodit atau bisa bereproduksi dalam satu bunga.

"Juga miwil atau memotong tangkai yang tidak perlu. Kalau piket sore itu membelokkan arah batang dengan media tali, biar tumbuhnya lurus ke atas, kemudian mengecek air grade system ini," kata santri asal Karanglo, kecamatan Bandungan ini.

Pembelajaran dari para tenaga pendamping mulai dari bagaimana cara menanam, merawat, pemanenan hingga pemasaran ini rupanya menarik minat para santri untuk menggeluti pertanian hidroponik ini.

Alvian Mohammad (13), santri asal Ampel Gading, Desa Kenteng Ambarawa ini mengaku mendapat jatah piket setiap hari Rabu. Meski awalnya sedikit terpaksa, kini siswa kelas 13 MTs Al Mina ini mengaku sangat menyukai program dari pondok pesantrennya ini.

Bahkan kelak ia bercita-cita mempunyai greehouse sendiri. "Kami malah diajari mulai dari cara membuat sekam sebagai bahan media tanamnya. Sangat tertarik, pengen bikin sendiri," kata Alvian.

Kembali menurut Saeful Nadzir, santri yang ada di sejumlah pesantren di pelosok nusantara ini ibarat mutiara yang terpendam.

Dengan bantuan Presiden ini bisa menggali potensi mereka, agar kelak para santri ini tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan terbebas dari praktik komodifikasi ilmu agama dengan alasan keterbatasan ekonomi.

"Bahwa intan-intan mutiara sampai di pegunungan ini bisa digali. Cerdas dan sukses bukan untuk orang kaya saja, tetapi orang desa, orang miskin, juga berhak mendapat kesempatan yang sama," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun