FREETOWN, KOMPAS.com – Korban tewas akibat banjir bandang dan tanah longsor di Freetown, ibu kota Sierra Leone, Senin (14/8/2017), telah meningkat menjadi sedikitnya 312 orang.
Sebelumnya dilaporkan bencana tersebut merenggut 180 jiwa. Informasi terbaru yang disampaikan kantor berita Perancis, AFP, itu juga mengatakan, lebih dari 2.000 orang kehilangan rumahnya.
Beberapa rumah terendam di desa Bupati, sebuah permukiman di puncak bukit. Mayat-mayat mengapung di daerah banjir di Lumley West.
Aparatur pemerintah mengadakan pertemuan darurat untuk merencanakan kegiatan tanggap darurat terhadap bencana terburuk sepanjang puluhan tahun terakhir di ibu kota Sierra Leone itu.
Juru bicara Palang Merah setempat, Patrick Massaquoi, mengatakan, jumlah korban tewas telah membengkak menjadi 312 orang. Kemungkinan besar, jumlah korban masih bertambah.
Baca: Bencana Besar Terjadi di Freetown, Renggut Lebih dari 180 Nyawa
Menurut indikator yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sierra Leone merupakan salah satu negara paling miskin di muka bumi ini.
"Saya menghitung lebih dari 300 mayat dan masih banyak lagi yang baru tiba," kata Mohamed Sinneh, petugas di bagian kamar mayat Connaught Hospital di Freetown.
Sebelumnya Sinneh mengaku telah menerima 180 mayat. Ia mengatakan, "jumlah korban tewas" luar biasa banyak di fasilitas itu sehingga tidak ada tempat untuk meletakkan mayat-mayat baru.
Sinneh mengatakan, ada begitu banyak korban tewas yang di bawah ke kamar mayat swasta.
Para suka relawan Palang Merah, polisi dan militer Sierra Leone telah dikerahkan ke kolasi bencana untuk mengevakuasi warga lain yang masih terjebak di rumah mereka atau yang tertimpah puing.
Gambar-gambar yang dibagikan oleh media lokal menunjukkan warga yang berusaha melintasi genangan air yang mengalir deras dan merendam badan mereka.
Sementara, sebagian bukit di daerah Bupati dilaporkan telah longsor.
Banjir adalah ancaman tahunan di Sierra Leone. Perumahan yang rentan pun tersapu banjir akibat hujtan lebat.
Banjir di kota ini sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2015, dan menewaskan 10 orang, serta menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Baca: Berlian Terbesar di Dunia Ditemukan Seorang Pendeta di Sierra LeoneÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H