BANGKOK, KOMPAS.com - Masa depan bidang kedokteran tidak lagi bisa dipisahkan dari genetika. Penggunaan informasi genetika yang banyak dipuji adalah untuk mendeteksi penyakit, bahkan sebelum gejalanya muncul.
Salah satu pemeriksaan yang sekarang banyak dipakai adalah pemeriksaan plasma DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid) dalam contoh darah untuk mendeteksi potensi kanker.
Selain itu, pemeriksaan ini juga dipakai untuk mengetahui terapi target yang tepat untuk pasien kanker.
Menurut Dr.Kaliupsorn P.Suddhibhaga Ph.D, pendiri Femto Lab, laboratorium DNA yang beroperasi di Bangkok, Thailand, pemeriksaan plasma DNA dan RNA dilakukan untuk mengidentifikasi mutasi somatik dalam sel kanker.
"Mutasi somatik hanya ditemukan pada sel kanker atau sel kanker yang masih muda. Mutasi ini terjadi di tubuh kita setiap hari. Jika jumlahnya sedikit, sel imun kita bisa menghilangkan mutasi itu. Tetapi jika jumlahnya banyak maka berpotensi jadi kanker," kata Kaliupsron saat membawakan presentasinya di acara seminar Thailand: Paradise of Longevity di Bangkok, Jumat (11/8/2017).
Mutasi somatik terjadi karena perubahan DNA, yang 90 persennya disebabkan karena gaya hidup tidak sehat, lingkungan berpolusi, kontaminasi zat kimia, virus, bakteri, jamur, dan juga karena DNA yang diwariskan.
"Orang dengan mutasi karena faktor genetik lebih rentan sakit kanker jika gaya hidup mereka buruk," ujarnya.
Pemeriksaan untuk mencari mutasi somatik juga sangat berguna bagi pasien yang sudah pernah menjalani pengobatan kanker untuk menilai risiko kekambuhan.
Ia mengatakan, pemeriksaan ini merupakan terobosan dalam bidang diagnostik kanker. "Tes ini memiliki sensitivitas lebih dari nano, jadi dalam level femto," ujar associate profesor di Siriraj Medical School, Universitas Mahidol Thailand ini.
Pemeriksaan yang menjadi unggulan di Femto Lab, menurut dia, antara lain Plasma TP53 atau protein 53 pada gen untuk mendeteksi sel kanker muda. "Jika ditemukan sejak dini bisa dilakukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan sel kanker muda dari tubuh," katanya.
Selain itu, tersedia pula pemeriksaan plasma micobiome untuk mencari mikroorganisme penyebab kanker pada level DNA. "Sekitar 20-30 persen dari kanker di seluruh dunia disebabkan oleh mikroba," paparnya.
Terdapat pula pemeriksaan plasma Top10CA untuk mengetahui jaringan yang sangat beresiko terkena kanker. Tes ini menjadi pelengkap pemeriksaan Plasma TP53.
Klaiupsorn menambahkan, pemeriksaan-pemeriksaan tersebut tidak membutuhkan biopsi, namun hanya melalui contoh darah. Hasil pemeriksaan bisa diketahui setelah 3-4 minggu.
Pencegahan
Jika hasil pemeriksaan plasma DNA dan RNA menunjukkan adanya mutasi somatik, ini berarti pasien beresiko besar mengembangkan kanker di tubuhnya.
"Jika ada potensi kanker ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menekan risiko itu, terutama meningkatkan sistem kekebalan tubuh," kata Klaiupsorn.
Menurut dia, mutasi somatik bisa diatasi dengan penguatan sistam imun, walau tidak bisa menghilangkan sama sekali sel kankernnya. Selain itu, perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat juga wajib dilakukan.
"Perbaiki pola istirahat dan pola makan. Jika diperlukan dokter akan memberikan terapi suplementasi dan detoksifikasi. Sebagian besar pasien mengalami penurunan jumlah mutasi setelah mengubah gaya hidup," katanya.
Pemeriksaan ini dianjurkan untuk mereka yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga. Jika hasil pemeriksaan negatif atau tidak ada mutasi, maka pemeriksaan bisa diulang setiap tahun.
Selain pemeriksaan penyakit kanker, tes mutasi somatik juga bisa dipakai untuk mendeteksi dini penyakit Alzheimer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H