Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Glodok, Nasibmu Kini...

14 Juli 2017   18:00 Diperbarui: 14 Juli 2017   18:01 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kios yang berjualan di lantai 1 Pasar Glodok.

Pasar Glodok

JAKARTA, KompasProperti - "Yak, silahkan Pak cari apa, PS (PlayStation) 3, PS 4, ori, refurbished. Silakan dilihat-lihat dulu," teriak Ahon, salah pedagang Pasar Glodok kepada pengunjung yang melintas di depan kiosnya.

Sudah beberapa tahun terakhir, Ahon berjualan konsol game yang dibesut pabrikan Sony itu di Pasar Glodok.

Lokasi kiosnya pun cukup strategis, berada di lantai dasar dan tepat di depan pintu masuk toko elektronik yang mengalami masa jayanya pada era 1980-an itu.

Namun, tiga tahun terakhir ini penjualan konsol game di lokasi itu menurun drastis. Bahkan, diakuinya, belum tentu dalam sehari bisa menjual barang yang digandrungi anak-anak itu.

"Paling kalau sekarang cuma bisa laku satu atau dua dalam seminggu. Dulu sehari bisa tiga sampai empat sehari terjual, apalagi pas musim liburan atau habis lebaran," keluh Ahon kepada KompasProperti, Jumat (14/7/2017).

Nasib serupa juga dialami Anton, pedagang kaset DVD yang berada di lantai 5 Pasar Glodok. Bila pada 2-3 tahun lalu, omsetnya dalam sehari dapat mencapai Rp 500.000, kini bisa mengantongi Rp 50.000 saja sudah cukup.

"Sekarang sudah bisa dapet uang untuk makan pun sudah syukur," ucapnya.

Memang, saat disambangi KompasProperti, kondisi Pasar Glodok relatif sepi. Berbeda jauh ketika awal 2000-an, pada saat itu pembeli yang bertanya kerap diacuhkan pedagang.

Saking sibuknya pedagang melayani pengunjung yang jumlahnya bisa berbilang ribuan dalam satu lantai.

Bahkan, tak jarang pembeli terlihat mengular di depan sebuah konter mungil yang berukuran hanya 2x2 meter, sekadar untuk mendapatkan informasi atas produk yang hendak dicarinya.

Namun, kondisi sekarang berbalik 180 derajat. Lorong-lorong di lantai 3, 4, dan 5 terlihat sepi pembeli. Hanya beberapa kios yang buka. Sementara kios lainnya, terutama yang berada jauh dari anak tangga atau eskalator tutup, dan ditempel tulisan disewakan.

Sebuah kertas bertuliskan disewakan ditempel di depan pintu sebuah kios di lantai 5 Pasar Glodok."Hawa kehidupan" terlihat lebih terasa di lantai 1 dan 2. Hampir 80 persen toko buka, namun juga tetap sepi pembeli.

"Sekarang kan pusat perbelanjaan bukan hanya di Jakarta, bukan hanya di Glodok. Khususnya pedagang elektronik di pinggiran Jakarta juga banyak," kata Asisten Manager Pasar Glodok PD Pasar Jaya, Aswan.

Diakui Aswan, di masa jayanya, Glodok merajai perdagangan barang-barang elektronik. Tak hanya di Jabodetabek, sejumlah wilayah di Tanah Air pun menjadikan Glodok sebagai kiblatnya.

Para pedagang yang berjualan di sini pun tak hanya menjual barang untuk partai besar, tetapi juga partai kecil dan eceran. Namun sekarang kondisi itu sudah berubah.

Dari 1.880 kios yang ada di Pasar Glodok, yang tercatat aktif berdasarkan data Pasar Jaya hanya 1.167 kios. Ini berarti 48 persen kios di sana tutup dan tak beroperasi.

Namun, Aswan menyebutkan, bila melihat realita di lapangan, pedagang yang non-aktif sebenarnya jauh lebih banyak.

"Mereka memilih menutup, dan menyewakan kiosnya," kata dia.

Kondisi yang sama pun, sebut dia, juga dirasakan para pedagang yang berjualan di pusat perbelanjaan yang berada di sekitar Glodok, seperti Glodok Plaza, Harco Glodok, dan Glodok Orion.

"Silakan saja tanya kalau jalan ke Glodok Plaza, sepi juga. Mereka juga merasakan sepi," ucapnya.

Suasana kios yang berjualan di lantai 1 Pasar Glodok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun