JAKARTA, KOMPAS.com - Suatu hari, Megawati kecil terkejut mendapati ayahnya, Soekarno, sedang menerima tamu di Istana Kepresidenan. Ia heran karena tamu ayahnya hanya menggunakan sarung dan sandal.
Padahal, mereka sedang bertemu Presiden, di Istana Presiden pula. Menurut Megawati, Istana Kepresidenan saat itu mempunyai disiplin yang ketat dalam mengatur gaya berpakaian tamu yang datang.
"Saya saja tidak boleh pakai sandal kalau ada tamu, mesti bersepatu. Kenapa Bapak izinkan mereka pakai sandal? Pakai sarung?" kata Megawati kecil kepada Soekarno.
Soekarno pun menjelaskan kepada Megawati kecil bahwa tamunya itu adalah pada ulama. Mereka ikut berjuang dan berperan besar dalam kemerdekaan Indonesia.
Soekarno juga banyak berdiskusi dengan para ulama bagaimana sebaiknya menjalankan pemerintahan berlandaskan hukum dan ajaran IUslam. Oleh karena itu, Soekarno tidak berani mengatur gaya berpakaian para ulama tersebut.
"Ayah saya selalu mengatakan, 'Kalau tanpa mereka sebagai garda terdepan ketika membentuk Indonesia, mungkin kita tetap akan dijajah'," kata Megawati.
(Baca: Megawati: Ayah Saya Mengatakan, Tanpa Ulama Kita Masih Dijajah)
Kisah ini diceritakan Presiden kelima RI tersebut saat menjadi pembicara dalam Halaqah Nasional Ulama se-Indonesia di Jakarta, Kamis (13/7/2017) kemarin.
Ratusan ulama yang hadir pada acara itu memakai sarung, dan mereka tertawa lepas mendengar kisah Megawati itu. Sebagian juga ada yang bertepuk tangan memberikan apresiasi.
Perihal penggunaan sarung dan sandal oleh para ulama saat mendatangi Istana Kepresidenan juga masih terjadi di era Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Dikutip dari buku Ger-geran Bersama Gus Dur, Edisi Spesial Mengenang Gus Dur (2010), mantan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama ini memang dikenal sebagai figur santai yang hobi memakai sandal.