Herrera mengatakan, sekarang hanya ada sekitar 80 orang bersenjata yang masih aktif di "daerah pertempuran utama" yang dikitari sekitar 800 bangunan.
"Ini daerah dengan gedung-gedung tinggi inilah pusat perdagangan kota Marawi," jelasnya.
Ada juga 300 warga sipil yang terjebak di daerah pusat perdagangan kota Marawi.
Menurut Herrera, beberapa warga dijadikan sandera, pengangkut logistik, dan bahkan dipaksa menjarah kota.
Presiden Rodrigo Duterte bulan lalu berjanji untuk "menghancurkan" militan. Namun, janji itu tak kunjung terwujud sehingga hampir 400.000 orang masih mengungsi dari rumah.
Pertempuran di Marawi – yang dijuluki ibu kota Muslim Filipina, negara dengan mayoritas penduduknya beragama beragama Katolik - menjadikan kota hancur mirip kota hantu.
Baca: Teroris di Marawi Persiapkan Perang Jangka Panjang
Kondisi itu juga yang mendorong Duterte untuk mengumumkan darurat militer di seluruh Filipina selatan.
Herrera mengatakan, hingga sejauh ini 366 militan, Â 39 warga sipil, dan 87 tentara pemerintah tewas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H