Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Ada Pesawat Terbang Hampir Tabrakan di Cengkareng?

20 Juni 2017   07:30 Diperbarui: 20 Juni 2017   14:00 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memperhitungkan penanggulangan bila terjadi emergency, keadaan darurat dan penerbangan yang tidak terjadwal serta pertimbangan cuaca, maka sebaiknya angka 60 itu dikurangi 10 persen agar tidak terjadi kesemrawutan bila muncul hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya.

Dari hitung-hitungan seperti itu, maka diperoleh angka lebih kurang 54 atau 56 gerakan take off/ landing pesawat terbang di SHIA. Ini adalah perhitungan kira-kira yang mengacu kepada hitungan baku atau standar keamanan terbang yang dapat dilakukan di SHIA dengan fasilitas 2 RWY dan ketersediaan SDM ATC (Air Traffic Controller) yang ada.

Konon di Changi, mereka mengelola kapasitas RWY sekitar 28 gerakan per jam, jadi untuk 2 RWY dengan mempertahankan alur dua menit separasi, mereka dapat melayani 56 take off / landing dalam satu jam.

Khusus di SHIA, karena pertumbuhan penumpang yang dikelola terus menanjak, maka diusahakan untuk dapat meniru Heathrow yang mampu melayani hingga 40 take off / landing setiap jamnya yang berarti dapat memfasilitasi 80 take off / landing dengan 2 RWY yang tersedia.

Kemungkinan besar ambisi inilah yang hendak dicapai sehingga traffic di SHIA menargetkan separasi tidak 2 menit akan tetapi menjadi 1,5 menit.

Kepadatan ini agak sulit untuk dapat dilakukan tanpa tersedianya sarana pendukung yang dibutuhkan. Misalnya saja di Heathrow, RWY nya di lengkapi dengan "rapid exit taxi way", yang memungkinkan pesawat terbang yang landing dapat lebih cepat keluar landasan.

Dalam hal ini manajemen gerakan pesawat didarat dalam konteks take off / landing telah dikelola dengan sangat efisien agar dapat dengan mudah mengejar separasi yang hanya 1,5 menit. Sebuah hal yang tidak tersedia di SHIA.

Tahun lalu saya mendengar SHIA sudah digenjot untuk mampu melayani 70 hingga 72 pesawat terbang take off / landing dalam satu jam, yang konon akan ditingkatkan lagi hingga 76 atau 78 take off / landing per jam.

Dapat dibayangkan dengan infrastruktur dan sarana yang ada, maka keahlian petugas ATC dan Keterampilan Pilot akan menjadi taruhannya.

Baca juga: Hindari Tabrakan, Tindakan Pilot Garuda, Sriwijaya, dan Petugas ATC Dianggap Tepat

Sekali lagi ini adalah hasil dari pertumbuhan penumpang yang sangat pesat yang telah bergerak sejak kurun waktu 15 - 10 tahun lalu . Pertumbuhan yang tidak diiringi dengan seimbang dalam hal ketersediaan infrastruktur dan SDM penerbangan.

Belum lagi secara organisasi ATC kita pun baru saja mengalami perbaikan dari beberapa institusi yang dilebur menjadi satu (ATC single provider) dengan tampilan sebagai LPPNPI (Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Indonesia) atau Indonesia AirNAv.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun