Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maute, Pimpinan Penyerangan Marawi Pernah Tinggal di Kabupaten Bekasi

15 Juni 2017   06:14 Diperbarui: 15 Juni 2017   12:44 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasukan Filipina mengintai markas kelompok militan Maute di pulau Mindanao, FilipinaBEKASI, KOMPAS.com – Pimpinan kelompok Maute yang melakukan penyerangan di Kota Marawi, Filipina, Omarkhayam Maute atau Omar Maute, pernah tinggal di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Bekasi.

Omar Maute pernah tinggal di Bekasi dikarenakan istrinya, Minhati Madrais, diharuskan kembali oleh keluarganya, dan Minhati juga merupakan warga Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

“Omar sempat tinggal di Babelan, dia tinggal di sini tahun 2010 sampai dengan 2011,” ujar suami dari sepupu Minhati, Dadang (50) kepada Kompas.com saat diwawancarai di kediamannya di Desa Buni Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Selasa (14/6/2017) siang.

(Baca juga: Militer Filipina: Militan Maute Hanya Kuasai 20 Persen Kota Marawi)

Saat berada di Babelan, Maute tinggal bersama dengan beserta orangtua istrinya. Dadang mengatakan, selama enam bulan Maute dan Minhati tinggal di rumah ayah Minhati, KH Madrais.

Namun, setelah itu mereka pindah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Amal milik KH Madrais yang letaknya tidak jauh dari kediaman ayah Minhati.

“Terus akhirnya gabung (tinggal) ke dalam pesantrennya. Ada rumah ustaz (di dalam pesantren), seperti rumah guru-guru, jadi Mpok Mimin (Minhati) jadi pembina di situ,” kata Dadang.

Ia mengatakan, saat mereka bertempat tinggal di pesantren tersebut, banyak ustaz yang juga tinggal di sana.

Selama berada di Bekasi, kata Dadang, Maute bukanlah seorang guru agama, melainkan guru les privat Bahasa Inggris yang statusnya bukan guru tetap.

(Baca juga: Panglima Militer Filipina: Kelompok Maute di Marawi Disokong Politisi)

Kemudian, sebelum Minhati dan Maute pergi ke Filipina pada 2011 dan belum kembali sampai saat ini, KH Madrais pernah berencana agar Maute ditempatkan sebagai pengelola pesantren putri.

“Karena sebenarnya sudah disiapkan dengan harapan lulusan Mesir ahli tafsir bisa mengembangkan santri di sana. Makanya begitu dia (Maute) berangkat ke Filipina betapa kecewanya Pak Haji (KH Madrais),” ucap Dadang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun