Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Perjuangan Rustono “King of Tempe”, dari Grobogan sampai Amerika

30 Mei 2017   22:30 Diperbarui: 31 Mei 2017   05:05 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sampai ke 30 saya mulai stress juga, mau ngomong pake kata-kata apa juga sudah ga mempan, gak akan diterima. Masa dari 30, satu pun gak ada yang mau terima? Akhirnya tanpa basa-basi, saya kasih aja ke orang lalu pergi,” ujarnya sambil memperagakan.

Saat memasuki musim salju, petaka pun bertambah panjang. Tempenya tak bisa diproduksi, karena suhu di luar mencapai minus 10  derajat Celcius. Sedangkan jamur pada tempe hanya tumbuh pada suhu 31 derajat celcius. Belum lagi modalnya yang tak kunjung kembali.

Di sana ia mengaku sering termenung dirumah akibat frustasi dengan usahanya. Namun ternyata sang istri lah yang datang menyemangati.

“Istri saya datang dan mengigatkan tetang mimpi-mimpi yang pernah saya ukir di selembar peta Jepang. Saya menandai banyak kota, untuk kemudian hari tempe bisa tersebar di seluruh Jepang lewat kota itu,” ujarnya.

Penolakan-penolakan yang ia alami tak juga melunturkan semangatnya untuk bertarung di Negeri Samurai itu. Di tengah keterbatasan alat dan biaya, ia memanfaatkan selimut elektrik untuk menciptakan suhu ruangan 31 derajat Celcius agar dan tetap bisa memproduksi tempe.

Walau susah payah membuatnya, tempe masih tak kunjung laku. Penolakan demi penolakan seolah menjadi sahabat sejatinya kala itu.

Irisan tempeMenurutnya saat itu (1999) merupakan titik terendahnya, ditambah anak pertama yang lahir. Strategi Rustono kala itu hanyalah menghemat apapun, membuat apapun dengan bujet paling minim.

“Kenapa saya teguh ditolak? Karena saya tau impian saya jauh lebih besar dari tantangan yang saya hadapi, dan tau kalau mencapai impian itu tidak mudah. Jadi diperbesar saja impiannya sekalian yang konyol,” pekiknya.

Suatu hari di bawah salju, Rustono telah siap dengan gelondongan kayu murah yang dibelinya. Ia ingin memperluas atap pabriknya yang semula hanya empat kali tiga meter.

Selama dua hari ia selalu didatangi seseorang yang mengigatkannya, jika beraktifitas diluar rumah pada saat turun salju lebat, sangatlah berbahaya. Terlebih Rustono menolak himbauan orang tersebut dengan alasan ingin “membangun mimpi”.

Pada hari kedua, ternyata orang tersebut merupakan wartawan dari sebuah media di Jepang. Ia pun meliput aktifitas “aneh” yang dilakukan Rustono demi “membangun mimpi”. Rustono pun lanjut bercerita tentang tempe pada sang wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun