Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Perjuangan Rustono “King of Tempe”, dari Grobogan sampai Amerika

30 Mei 2017   22:30 Diperbarui: 31 Mei 2017   05:05 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sushi tempe, sedikit berbeda dengan sushi pada umumnya, hanya lapisan tempe menghiasi bagian atas sushi. Hidangan ini menjadi olahan tempe yang cukup banyak diminati di Jepang.

Tidak langsung mengabulkan, Rustono pun kroscek menghubungi kerabatnya di sana. Sang teman pun memberi gambaran pekerjaan di sana. Ia memilih untuk menjadi pengusaha di Negeri Sakura, dibanding harus bekerja dengan jam yang sangat padat.

Perjanjian pun akhirnya disepakati. Pada 1997, Rustono pindah ke Jepang dengan syarat ia ingin membuka usaha. Uniknya, ia membatasi janjinya sendiri. Jika dalam waktu enam bulan usahanya belum menghasilkan laba, maka dengan segala risiko, ia akan putuskan untuk bekerja.

“Saat sampai ke sana belum tahu mau usaha apa, makanya sering pinjam sepeda berkeliling lah nyari inspirasi. Suatu saat lihat susu kedelai, nato, tahu, hampir semua olahan kedelai ada, tapi tak ada tempe!” katanya.

Di minggu pertama, Rustono rutin sering menelfon ibunya di desa untuk memintanya mengajari membuat tempe. Namun, selama empat bulan, mencoba ratusan kali, tak ada yang berhasil.

Saat itu, untuk menghidupi keluarganya, ia memilih bekerja di pabrik makanan selama tiga tahun. Selain untuk mencari uang, ia berniat mempelajari etos kerja orang jepang di pabrik makanan sehingga bisa ia terapkan nanti di pabrik tempenya.

Sushi tempe, sedikit berbeda dengan sushi pada umumnya, hanya lapisan tempe menghiasi bagian atas sushi. Hidangan ini menjadi olahan tempe yang cukup banyak diminati di Jepang.Selama empat bulan tersebut, selepas pulang kantor, Rustono terus mencoba membuat tempe namun hasilnya nihil. Sampai pada musim semi, ia coba menggunakan air gunung dari kuil di sana dan berhasil membuat tempe. Tapi ia tak tahu aman dikonsumsi atau tidak.

Pulang pun menjadi jalan keluarnya, sembari bertemu sang ibu, ia belajar ke lebih dari 60 pengerajin tempe di Jawa. Pengrajin tersebut berada di Jogja, Semarang, Solo, Grobogan, hingga Bogor.

Sepulangnya ke Jepang, dengan membawa pengetahuan membuat tempe yang baik, ia langsung mengaplikasikannya dan menjualnya hanya untuk orang Indonesia. 

Akhirnya 20 tempe perama buatannya laku terjual pada orang Indonesia di sana. Walaupun beralasan saling tolong-menolong, akhirnya kurang dari enam bulan ia membuktikan usahanya terjual. Dengan alat seadanya ia pun terus berusaha membuat tempe untuk dijual kepada temen-temannya. 

Petaka di musim salju

Suatu saat ketika temannya yang membeli semakin berkurang, Rustono mulai menawarkan pada para pemilik resto, hotel, ckatering, dan sebagainya. Hari pertama ada 10 tempat menolaknya, hari kedua 15 tempat, hari ketiga 20 tempat, dan seterusnya. Tempe yang tak laku pun ia makan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun