MARAWI, KOMPAS.com – Sejumlah militan asing, antara lain dari Indonesia, termasuk di antara korban tewas dalam pertempuran kelompok militan dan militer Filipina di Marawi, Filipina selatan.
Juru bicara militer Filipina, Brigjen Restituto Padilla, mengatakan enam militan asing, antara lain dari Indonesia dan Malaysia, tewas dalam pertempuran.
Pejabat lain dilaporkan mengatakan terdapat pula militan dari Singapura.
Padilla mengatakan 11 tentara, dua polisi dan 31 militan tewas, membuat korban secara keseluruhan menjadi 46 orang.
Baca: Sejumlah Anggota Militan Penyerbu Kota Marawi Berasal dari Indonesia
Pertempuran pecah sejak Selasa (23/5/2017) setelah militer Filipina menggerebek satu rumah yang diyakini sebagai tempat persembunyian komandan kelompok Abu Sayyaf dan pemimpin kelompok yang telah berbaiat dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), Isnilon Hapilon.
Puluhan anggota milisi bersenjata menghadang gerak tentara pemerintah, memicu pertempuran sengit di beberapa titik kota. Milisi sempat mengibarkan bendera ISIS.
Operasi militer oleh pemerintah Filipina didukung helikopter dan pasukan khusus.
Pemerintah mengatakan krisis ini sangat sulit diatasi karena milisi menempatkan bom di jalan-jalan dan menyandera beberapa orang.
Milisi juga berada di bagian kota yang lebih tinggi, membuat mereka bisa memperlambat atau menghentikan serangan tentara pemerintah.
Ribuan orang mengungsi
Seiring dengan makin sengitnya pertempuran, ribuan warga menyelamatkan diri.
Baca: Apa yang Terjadi di Marawi, dan Siapa Isnilon Hapilon?
"Kami tengah bersiap menghadapi ujian tapi yang kami dengar adalah suara tembakan dan bom," kata seorang mahasiswa kepada kantor berita Reuters.
"Kami sangat takut. Begitu juga dengan saudara kami dari komunitas Muslim."
Marawi adalah kota berpenduduk mayoritas Muslim di Provinsi Lanao del Sur di Pulau Mindanao. Di pulau ini terdapat kelompok Maute yang sudah mengumumkan sumpah setia kepada ISIS.
Terdapat pula kelompok pemberontak Muslim yang lebih besar yang menginginkan otonomi yang lebih luas dari Manila.
Mereka saat ini terlibat perundingan dengan pemerintah, sementara kelompok-kelompok yang lebih kecil, yang beraliran lebih keras, tetap aktif di lapangan.
Baca: Serangan Sayap ISIS di Marawi Tewaskan 21 Orang
Hubungan antara kelompok-kelompok yang lebih kecil ini dengan kelompok yang mengusung ideologi yang sama di Indonesia dan Malaysia sudah ada sejak beberapa tahun lalu, sebelum ISIS berdiri di Timur Tengah, Duterte memberlakukan keadaan darurat di hampir semua kawasan di Mindanao beberapa jam setelah pecah pertempuran di Marawi.
"Anda bisa lihat sendiri, ISIS sudah ada di sini," kata Duterte dalam sambutan di kamp militer di dekat Marawi, Jumat (26/5/2017).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H