Sementara itu, hanya beberapa orang yang melihat langsung peristiwa pengeboman di halte Kampung Melayu. Bagi yang tidak berada di lokasi, kata Tito, mungkin menganggap ada keganjilan.
Terlebih lagi, kelompok teroris sekarang semakin canggih. Mereka memiliki pendukung yang memiliki jaringan dengan kemamluan mengelola media sosial.
"Bisa juga mereka melakukan konter atau propaganda dalam rangka glorifikasi kelompok pelaku teror dan mendeligitimasi pemerintah," kata Tito.
(Baca juga: Cerita Kapolri Batalkan Kunjungan ke Turki dan Arab Saudi karena Bom Kampung Melayu)
Padahal, kata dia, perang melawan terorisme yang sebenarnya adalah bagaimana memenangkan simpati publik. Jika dukungan melawan teroris muncul, maka kelompok mereka tidak akan menang.
Sebaliknya, jika masyarakat simpatik pada teroris, maka kelompok tersebut merasa punya dukungan untuk melakukan aksi susulan.
"Saya yakin publik tidak menolerir terorisme. Saya yakin mayoritas masyarakat tidak ada yang mau menolerir itu," kata Tito.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H