Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gawai Dayak, Seni Budaya Perekat Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

21 Mei 2017   16:45 Diperbarui: 22 Mei 2017   02:38 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Merah Putih dikibarkan dalam acara pembukaan Pekan Gawai Dayak XXXII di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (20/5/2017). Acara itu mengusung tema Meningkatkan Toleransi dalam Keberagaman.

Bendera Merah Putih dikibarkan dalam acara pembukaan Pekan Gawai Dayak XXXII di Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (20/5/2017). Acara itu mengusung tema Meningkatkan Toleransi dalam Keberagaman.PONTIANAK, KOMPAS - Seni dan budaya menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kebudayaan ada olah rasa. Dengan olah rasa itu, akan timbul rasa menghargai dan mencintai. Cinta adalah akar persatuan.

Ketua Sekretariat Bersama Kesenian Dayak Pontianak Joseph Odilo Oendoen mengatakan itu pada acara Pekan Gawai Dayak XXXII di Pontianak, Kalimantan Barat, yang dibuka Sabtu (20/5), oleh Gubernur Kalimantan Barat yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis.

Tahun ini, acara itu mengangkat tema ”Meningkatkan Toleransi dalam Keberagaman”. Tema itu membawa pesan damai, bentuk kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ideologi Pancasila.

Gawai Dayak merupakan tradisi syukuran setelah panen. Acara itu digelar setiap tahun di Pontianak dan dihadiri oleh sub-sub suku Dayak di Kalimantan dan Malaysia. Acara itu sudah menjadi kalender tahunan pariwisata Kalbar.

Tahun ini acara diselenggarakan di Rumah Radakng atau Rumah Betang Panjang, rumah khas suku Dayak, pada 20-27 Mei.

(BACA: Isen Mulang, Semangat Hidup Suku Dayak)

Senada dengan Joseph, ketua panitia, Kartius, dalam sambutannya meminta kepada semua suku bangsa agar tetap menjaga keamanan dan toleransi.

”Kami penuh cinta dan damai sehingga kami mengusung tema toleransi dalam keberagaman. Suku bangsa lain juga boleh mengikuti kegiatan pameran,” ujar Kartius.

Acara itu, ungkap Kartius, dihadiri oleh tamu dari Malaysia sebanyak 450 orang dan perwakilan suku Indian, suku asli Amerika.

Dalam satu minggu pelaksanaan, ada beberapa kegiatan, antara lain, pawai budaya, pameran busana dan kuliner, permainan tradisional, lomba menyanyi dan tarian, serta acara kesenian.

Salam damai

Kevin Locke, perwakilan suku Indian yang hadir pada acara itu, mengatakan, ia dan teman-temannya datang ke Indonesia membawa salam damai dan cinta dari AS.

”Sejak kecil, kami sudah diajarkan orangtua untuk mempertahankan kebudayaan,” ujarnya.

Acara dibuka dengan tarian tradisional Dayak di halaman Rumah Radakng. Tampil pula perwakilan dari beberapa orang suku Indian. Mereka memainkan alat musik tiup.

Cornelis dalam acara pembukaan menuturkan, masyarakat Dayak menjadi bagian dari Indonesia. Karena itu, harus turut mempertahankan NKRI dan Pancasila sebagai ideologi.

”Pada masa penjajahan, sejumlah tokoh masyarakat pedalaman juga pernah melawan penjajah sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap NKRI. Marilah menjaga negara ini,” katanya. (ESA)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Mei 2017, di halaman 11 dengan judul "Seni Budaya Perekat Kehidupan Berbangsa dan Bernegara".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun