PONTIANAK, KOMPAS - Seni dan budaya menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kebudayaan ada olah rasa. Dengan olah rasa itu, akan timbul rasa menghargai dan mencintai. Cinta adalah akar persatuan.
Ketua Sekretariat Bersama Kesenian Dayak Pontianak Joseph Odilo Oendoen mengatakan itu pada acara Pekan Gawai Dayak XXXII di Pontianak, Kalimantan Barat, yang dibuka Sabtu (20/5), oleh Gubernur Kalimantan Barat yang juga Presiden Majelis Adat Dayak Nasional Cornelis.
Tahun ini, acara itu mengangkat tema ”Meningkatkan Toleransi dalam Keberagaman”. Tema itu membawa pesan damai, bentuk kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ideologi Pancasila.
Gawai Dayak merupakan tradisi syukuran setelah panen. Acara itu digelar setiap tahun di Pontianak dan dihadiri oleh sub-sub suku Dayak di Kalimantan dan Malaysia. Acara itu sudah menjadi kalender tahunan pariwisata Kalbar.
Tahun ini acara diselenggarakan di Rumah Radakng atau Rumah Betang Panjang, rumah khas suku Dayak, pada 20-27 Mei.
(BACA: Isen Mulang, Semangat Hidup Suku Dayak)
Senada dengan Joseph, ketua panitia, Kartius, dalam sambutannya meminta kepada semua suku bangsa agar tetap menjaga keamanan dan toleransi.
”Kami penuh cinta dan damai sehingga kami mengusung tema toleransi dalam keberagaman. Suku bangsa lain juga boleh mengikuti kegiatan pameran,” ujar Kartius.
Acara itu, ungkap Kartius, dihadiri oleh tamu dari Malaysia sebanyak 450 orang dan perwakilan suku Indian, suku asli Amerika.
Dalam satu minggu pelaksanaan, ada beberapa kegiatan, antara lain, pawai budaya, pameran busana dan kuliner, permainan tradisional, lomba menyanyi dan tarian, serta acara kesenian.
Salam damai