"Jalannya kayak bergelombang enggak rata karena kan ada sambungan-sambungan di bawahnya. Itu bikin kurang nyaman," ujar Abdul.
Meski demikian, secara keseluruhan Abdul merasa senang berkendara di jalan layang itu. Menurut dia, berkendara di ketinggian 23 meter tanpa ada kendaraan lain di kiri dan kanan itu membuat dia merasa tidak stres.
"Intinya kalau di jalan atas itu buat pengemudi enggak begitu seram banget-lah. Lebih seram di bawah daripada di atas. Di bawah ada separator lalu meleng, pasti busnya kena sedikit. Pikiran kita lebih ringan saja kalau bawa bus di atas," ujar Abdul.
Jalan layang koridor 13 ini memang steril dari kendaraan selain bus transjakarta. Kemarin, Abdul membawa rombongan Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat yang meninjau koridor 13.
Abdul mengatakan, dia melaju dengan kecepatan 50 km per jam ketika membawa rombongan. "Kalau di bawah, kecepatan 50 km per jam kelihatan cepat banget karena ada temannya, ada kendaraan lain. Kalau di atas kelihatan biasa saja karena kita sendiri," ujar Abdul.
Terhambat saat keluar jalan layang
Abdul mengatakan, kesulitan justru terjadi ketika bus keluar dari jalan layang, tepatnya ketika sudah mencapai halte ujung, yaitu Halte Adam Malik.
Dari Halte Adam Malik, bus akan melaju hingga perumahan Puri Beta untuk melakukan putar balik.
Jarak antara Halte Adam Malik dengan Puri Beta adalah 2 kilometer. Sepanjang itu, bus transjakarta berbagi jalur dengan kendaraan lain.
"Itu masih jalur bersama, jadi kita harus sabar terutama setelah Halte Adam Malik," ujar Abdul.
(Baca juga: Ini Catatan Perbaikan Fasilitas Koridor 13 Transjakarta dari Djarot)