Smith menggarisbawahi bahwa Microsoft telah meningkatkan keamanan produk-produk OS-nya, mengingat sudah lama perusahaan itu dikritisi oleh komunitas keamanan.
Ia mengatakan, Microsoft kini memiliki sekitar 3.500-an ahli keamanan cyber yang beberapa di antaranya bertugas sebagai "first responders" dalam kasus-kasus seperti ini.
Smith juga menyoroti kesulitan yang dihadapi konsumen, khususnya organisasi dan perusahaan, dalam menghadapi sistem yang kian kompleks, sehingga sulit melakukan pemeliharaan dan upgrade.
"Fakta bahwa masih banyak komputer yang rentan setelah patch dirilis dua bulanan menggambarkan aspek ini," kata Smith.
"Penjahat cyber makin canggih, sulit bagi konsumen untuk melindungi dirinya kecuali mereka meng-update sistem mereka. Jika tidak, mereka seperti melawan masalah masa kini dengan tool dari masa lalu," pungkasnya.
Baca: Jangan Remehkan Ransomware WannaCry
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H