Tapi apa daya, kekuatan-kekuatan baik yang terlihat atau tak terlihat bersatu padu dengan segala cara ingin mengembalikan 'kejayaan masa lalu' bisnis mereka, ingin mengembalikan pola-pola patronasi dan oligarki masa lalu. Sekali lagi, formula agama-etnis-komunis (hantu palu arit) dikobarkan hebat. Ormas-ormas, kelompok-kelompok radikal, intoleran dengan gegap gempita dan riang gembira bersatu dengan karena satu kepentingan. Bungkus agama terus digelontorkan, dikobarkan, sentimen etnis terus digeber, hantu palu arit dibangkitkan dengan segala cara, bahkan Kepala Negara juga sudah dikenakan 'jubah hantu palu arit', sektarianisme terus diusung.
Isu-isu dukungan "Sembilan Naga" untuk Ahok terus dihembuskan, opini-opini sentimen etnis terus digulirkan. Banyak sekali yang tidak sadar, justru sebaliknya, kebanyakan para pelaku kerajaan-kerajaan bisnis di Indonesia tidak suka dengan duet maut RI-1 dengan (mantan) DKI-1, karena mereka semua tak berkutik dengan pola lama mereka 'semua bisa dibantu' dan 'semua bisa diatur'.
Â
Sekarang para pelaku bisnis etnis Tionghoa justru ketar-ketir karena gorengan isu solidaritas etnis untuk Ahok menjadi bumerang balik untuk mereka dengan meruncingnya gorengan isu kesenjangan sosial dan agama ini. Secara umum, dunia bisnis sangat kuatir dengan gorengan isu panas sektarian, kesenjangan sosial, yang lagi-lagi dikemas ciamik dalam bungkus agama.
Kegaduhan luar biasa saat ini sebenarnya adalah perlawanan hebat para koruptor dan oligarki secara terstruktur dan masif. Dan kemasan paling ampuh dan mujarab adalah agama, sentimen etnis dan hantu hantu palu arit.
Mari kita cerdas menyikapinya. Peran seluruh komponen bangsa sangat berperan signifikan. Mari ambil peran masing-masing untuk tetap tenang, berpikir jernih dan bersikap bijaksana. Bersikap netral dan objektif? Rasanya sangat naif jika seseorang bisa benar-benar bersikap netral dan objektif.
Mengambil sikap netral dan objektif pun sudah bukan suatu objetivitas. Objektivitas dan netralitas absolut adalah subjektivitas dan keberpihakan itu sendiri, karena itu tandanya kita semua masih manusia normal.
Catatan:
Oligarki: dari bahasa Yunani 'oligarkhia' yang berarti bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga atau militer. (Wikipedia)
Patron atau patronage: derives from the Latin 'patronus', one who gives benefits to his clients. In some countries the term is used to describe political patronage, which is the use of state resources to reward individuals for their electoral/political support. (Wikipedia)
Sektarianisme: bigotri, diskriminasi atau kebencian yang muncul akibat perbedaan di suatu kelompok, seperti perbedaan denominasi agama atau fraksi politik. (Wikipedia)