JAKARTA, KOMPAS.com – Mungkin, tak terlalu sulit mengarahkan para artis peran profesional dengan pengalaman akting segudang.
Namun, berbeda dengan sutradara film Ziarah, yakni BW Purba Negara, yang harus mengarahkan Mbah Ponco Sutiyem, nenek 95 tahun asal Gunung Kidul.
BW mengatakan bahwa Mbah Ponco yang dalam Ziarah berperan sebagai Mbah Sri, harus melalui banyak tahapan latihan.
“Yang pertama adalah latihan dialog dan intonasi dengan cara menirukan, yang dipadu dengan latihan ekspresi wajah,” ujar BW saat dihubungi Kompas.com lewat pesan elektronik pada Sabtu (6/5/2017).
Diawali dengan latihan dialog-dialog pendek, kemudian ketika sudah cukup lancar barulah dilanjutkan dengan adegan dengan dialog panjang,” tulisnya lagi.
Dalam tahap ini, Mbah Ponco dilatih untuk bisa memahami konteks emosi dan konteks cerita dari setiap adegan dalam Ziarah
“Tahap selanjutnya adalah latihan improvisasi. Pada tahap ini, saya memberi kesempatan kepada Mbah Ponco untuk mengembangkan dialog sendiri, dan ini tidak harus benar-benar sama dengan yang ada di naskah,” kata sineas lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
“Tahap inilah yang cukup mengejutkan, Mbah Ponco sering berimprovisasi dengan memasukkan bagian dari pengalaman hidupnya di masa perang untuk diceritakan di dalam dialog,” ujarnya.
Sebagai contoh, pada agresi militer Belanda II, suami Mbah Ponco pernah ditangkap oleh Belanda. Saat itu, ia tengah hamil tua. Mbah Ponco berusaha untuk menyelamatkan diri karena rumahnya dihujani mortir dan peluru.
“Beberapa potongan pengalaman mbah Ponco ini saya masukkan sebagai bagian dari cerita film Ziarah,” kata BW.
“Dengan cara seperti itu, aktingnya di film Ziarah ini jadi tampak dramatis, unik, dan otentik. Jauh dari stereotype akting ala film mainstream,” tambahnya.