Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini Penjelasan Kelompok Buruh yang Bakar Karangan Bunga Ahok-Djarot

3 Mei 2017   06:30 Diperbarui: 3 Mei 2017   13:09 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekjen Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) DKI Jakarta, Idrus, saat berorasi di depan Balai Kota DKI Jakarta, Senin (1/5/2017). Ketika itu, sedang berlangsung aksi bakar karangan bunga Ahok-Djarot oleh buruh.JAKARTA, KOMPAS.com - Karangan bunga untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dibakar oleh Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI) DKI Jakarta.

Sekjen FSP LEM SPSI DKI Jakarta, Idrus, menjelaskan latar belakang terjadinya aksi pembakaran itu saat May Day.

"Itu anak-anak sebenarnya spontanitas," ujar Idrus kepada Kompas.com, Selasa (2/5/2017).

Idrus sendiri mengaku terlambat datang dalam aksi tersebut. Saat dia tiba, buruh dari federasinya sudah membakar karangan bunga.

Idrus langsung naik ke mobil komando ketika pembakaran itu berlangsung. Ketika itu, Idrus sempat menyampaikan bahwa dia akan bertanggung jawab atas aksi pembakaran tersebut.

Baca: Kasatpol PP: Instruksi Pembakaran Karangan Bunga dari Mobil Komando

Saat di mobil komando, Idrus juga mengatakan bahwa aksi pembakaran itu dilakukan dalam rangka "membersihkan" Balai Kota. Namun, setelah itu Idrus meminta buruh untuk tidak melanjutkan aksi bakar karangan bunga itu.

"Kalau saya enggak datang, itu mau ada pembakaran gelombang kedua," ujar Idrus.

Puncak kekesalan kepada Ahok

Idrus mengatakan aksi tersebut merupakan puncak kekesalan buruh kepada Ahok. Buruh yang bernaung di FSP LEM SPSI DKI Jakarta kebanyakan bekerja di perusahaan otomotif di Jakarta.

Namun, kata Idrus, gaji UMP mereka berada di bawah kota penyangga seperti Bekasi dan Karawang. Ahok pun seolah tidak mau mendengar aspirasi mereka.

"Tahun lalu Ahok enggak mau ketemu, beberapa bulan lalu sebelum ada Plt juga enggak mau. Disamperin lagi, sudah ada Plt," ujar Idrus.

Baca: Said Iqbal Tegaskan Pihaknya Tak Terlibat Pembakaran Karangan Bunga

Padahal, kata Idrus, Ahok selalu menyampaikan soal kesejahteraan rakyat Jakarta. Misalnya tentang Ahok yang memberikan rusun kepada warga terdampak penggusuran, subsidi daging bagi pemegang KJP, atau jaminan pendidikan hingga bangku kuliah. Idrus merasa buruh belum mendapat perhatian seperti itu oleh Ahok.

"Padahal buruh itu kena pajak. Kami nih kena pajak. Kok ada orang susah datang dari daerah enggak ada kerja malah dikasih rusun," ujar Idrus.

"Bagaimana enggak sedih? Pekerja yang pajaknya dipotong masuk ke pemda tapi enggak diperhatikan, ini yang dituntut keadilan," lanjut Idrus.

Kekecewaan para buruh yang merasa tidak pernah diperhatikan Ahok pun memuncak pada May Day lalu. Aksi bakar karangan bunga pun terjadi.

"Jadi kemarahan anak-anak ini memang sudah memuncak," ujar Idrus.

Baca: Ahok: Sayang Aja Karangan Bunga Dibakar, Itu Rezekinya Pasukan Oranye

Namun, dia merasa masalah pembakaran itu sudah selesai. Sebab, dia sudah meminta maaf kepada Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Suyudi Ario Seto dan Kasatpol PP Jupan Royter. Sampah-sampah sisa pembakaran pun sudah dibersihkan hari itu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun