Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Orang Indonesia Benar-benar Tahu...

5 April 2017   15:15 Diperbarui: 5 April 2017   15:21 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patmi berkerudung biru (48 tahun) salah seorang petani perempuan asal kawasan Pegunungan Kendeng yang melakukan aksi mengecor kaki di depan Istana Negara, Jakarta, meninggal dunia pada Selasa (21/3/2017) dini hari. Patmi mengalami serangan jantung dan meninggal dalam perjalanan dari kantor LBH Jakarta menuju Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.

 Data lebih baru, survei Most Literated Nation in The World yang dilansir pada 2015 menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara soal minat baca warganya. Dalam survei ini, peringkat Indonesia hanya lebih baik dari Botswana.

 (Baca juga:Gerakan Literasi, Langkah Kecil Bangun Peradaban)

Maka, terasa “wajar” bila duka warga Ponorogo juga tak menguar di udara Indonesia, saat satu kampung di sana tertimbun longsoran bukit, Sabtu (1/4/2017).  

Menengok lini masa media sosial dan berita-berita yang berseliweran di dunia maya, orang—yang tinggal entah di mana pula di Indonesia—masih lebih semangat membahas dan bergunjing soal janji politik terkait harga rumah dalam keriuhan Pilkada DKI daripada berbagi empati kepada korban bencana seperti di Ponorogo.
Alat berat tengah bekerja menggali timbunan tanah longsor di Dukuh Tingkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Minggu ( 2/4/2017). Puluhan orang dilaporkan tertimbun.
 Boro-boro—tentu saja—orang Indonesia menghayati dan membuat langkah antisipasi bersama terhadap risiko bencana.

Jangankan lupa, bisa jadi banyak orang tak juga sadar bahwa Indonesia punya penyebutan lain, yaitu Negeri Cincin Api, negeri dengan beragam risiko bencana karena posisi geografis dan geologisnya.

 Ahmad Arif—dalam artikelnya yang dimuat harian Kompas edisi 14 September 2011—menuliskan, nyaris tak sejengkal pun tanah di Nusantara yang luput dari ancaman gempa, selain Kalimantan, seperti  tertera dalam peta sejarah kegempaan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.

 Dalam artikel berjudul “Ekspedisi Kompas - Hidup Mati di Negeri Cincin Api” tersebut, Arif menuliskan pula bahwa gempa, tsunami, dan juga letusan gunung berapi telah menjadi bagian dari sejarah Nusantara dan terekam dalam mitologi serta dongeng kuno.

Tersusun dari ribuan pulau, Indonesia dilingkari jalur gempa paling aktif di dunia, Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire), sekaligus dibelit jalur gempa teraktif nomor dua di dunia, Sabuk Alpide (Alpide Belt).

Kondisi ini diperparah dengan tumbukan tiga lempeng benua, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.

0707119808df003614921562132aaecc2c21e71.jpgKOMPAS/AIK; GRH; LUP; SGH; XNA; Andri Data Bencana di Indonesia pada 2002-2016

Masalahnya, berapa banyak orang Indonesia yang mau susah payah membaca data seperti yang dirinci Arif dalam tulisannya?

Semoga segera tiba hari-nya orang Indonesia mau membaca, tak cuma sejarah tetapi juga referensi untuk solusi problem kekinian dan proyeksi tantangan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun