Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Piton di Sulawesi, Bagaimana Ceritanya Bisa Memangsa Petani?

29 Maret 2017   20:44 Diperbarui: 30 Maret 2017   05:00 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piton BurmaKOMPAS.com - Akbar (25), warga Dusun Pangerang, Desa Salubiro, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, tewas dimakan piton saat sedang akan memanen sawit pada Minggu (26/3/2017).

Kasus itu memberi gambaran bahwa manusia memang mungkin menjadi mangsa ular. Namun, seberapa besar sebenarnya peluangnya?

Peneliti herpetologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Mirza D Kusrini, mengungkapkan, peluang manusia dimakan piton sebenarnya kecil.

"Piton biasanya memangsa hewan seperti babi hutan dan rusa. Tapi, dalam kondisi tertentu, piton memang bisa memangsa manusia. Ada kasusnya tapi tidak banyak," katanya.

Kepada Kompas.com, Rabu (29/3/2017), Mirza mengatakan bahwa piton sebenarnya merupakan hewan yang oportunis, akan memangsa apapun yang mungkin.

Dalam kasus Akbar, Mirza menduga, piton tidak berhasil mendapatkan makanan setelah mencari sehingga akhirnya memangsa manusia.

Piton bisa kekurangan mangsa karena hidup di lingkungan kebun sawit di mana keragaman mangsa kurang melimpah. Mangsa piton di kebun sawit kerap diusir karena dianggap hama.

Piton sendiri bisa jadi datang ke kebun sawit karena habitat aslinya sudah berkurang dan menjelma menjadi kebun sawit itu sendiri.

Kekurangan mangsa merupakan sebab umum piton memangsa manusia. Tahun 2013, dua orang bocah di Amerika Serikat dimakan oleh piton yang kelaparan.

Piton yang jadi hewan piaraan itu lapar karena baru saja lepas dari kandangnya. Dia lantas masuk ke apartemen dan akhirnya menemukan dua bocah yang sedang tertidur.

Secara anatomi, ukurannya yang besar membuat piton bisa memakan apa pun. Mirza mengungkapkan, piton bahkan bisa memakan aligator, sapi, dan hewan lain yang ukurannya lebih besar dari manusia.

"Seperti ular lainnya, piton itu tidak memiliki rahang. Jadi dia bisa membuka mulutnya selebar apapun dan mengkontraksikan ototnya untuk mendorong mangsa masuk ke saluran pencernaannya," kata Mirza.

Sekali mendapatkan mangsa, piton bisa diam hingga sebulan lamanya. Sebabnya, piton membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna.

"Maka wajar jika di Sulawesi korban ditemukan masih dalam keadaan utuh. Dalam jangka waktu 2-3 hari, mangsa biasanya masih utuh di dalam perut ular," jelas Mirza.

Untuk menghindari piton, Mirza menyarankan untuk selalu waspada jika ke lapangan, baik ke sawah, kebun, apalagi hutan.

"Jangan pernah pergi sendiri saat di hutan. Pastikan selalu berada dalam rombongan jadi ada yang membantu," katanya.

Piton biasanya berada di atas pohon. Jadi saat berjalan penting juga untuk melihat ke atas, mewaspadai keberadaan piton.

Selain itu, penting untuk tidak mengganggu. "Kalau menemukan piton, lebih baik mundur. Jangan malah diganggu," ungkap Mirza.

Menurutnya, ular pada umumnya merupakan hewan pemalu. Jika manudia menghindar, maka ular tidak akan mengejar seperti singa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun