JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa pekan terakhir, calon gubernur nomor pemilihan dua DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok enggan mengomentari masalah politik, peralihan dukungan partai politik pengusung pasangan Agus-Sylvi, hingga keunggulan pasangan calon gubernur-wakil gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam dua hasil survei.
Saat berbicara di depan para pendukungnya di Jalan Talang Nomor 3, Sabtu (25/3/2017), Ahok justru berbicara tentang kemungkinan dirinya tak lagi menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kita enggak jadi gubernur itu urusan Tuhan, walaupun kita berusaha. Kalau kata orang Islam man jadda wa jadda. Semua urusan Tuhan. Kalau seandainya Tuhan izinkan tidak jadi pun...," kata Ahok tiba-tiba menghentikan pembicaraannya.
Hal itu terjadi saat sebagian peserta acara melontarkan permintaan agar Ahok tidak melontarkan perkataan yang berbau pesimistis. Namun, Ahok kembali berujar bahwa apapun yang akan terjadi atas hasil putaran kedua Pilkada DKI mendatang, merupakan kehendak Tuhan.
"Bukannya tidak semangat. Kita berusaha. Saya selalu berdoa seperti itu. Kalau Tuhan pengin saya jadi pejabat, saya akan kerjakan semaksimal saya. Kalau Tuhan tidak pilih saya pun, saya bersyukur," ujar Ahok.
Selama tiga pekan pelaksanaan masa kampanye putaran kedua, Ahok melakukan hal yang berbeda dibanding calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Dia lebih banyak blusukan menjenguk warga yang sakit tanpa memberitahu awak media.
Pada putaran pertama, Ahok menggunakan waktu cutinya untuk berkampanye menyosialisasikan programnya di Rumah Lembang, permukiman padat penduduk, serta mencari dana kampanye dengan mengikuti makan berbayar. Saat menjenguk warga yang sakit, Ahok menanyakan tentang program-program Pemprov DKI Jakarta, seperti layanan "Ketuk Pintu Layani dengan Hati".
Program tersebut dicanangkan Ahok pada medio Mei 2015. Gerakan "Ketok Pintu Layani dengan Hati" itu merupakan upaya preventif yang dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan, kader jumantik (juru pemantau jentik) bersama kader PKK dengan mengetuk pintu rumah warga dan mengetahui permasalahan mereka, terutama kesehatan.
Ahok tak mempermasalahkan jika caranya ini tak mampu meraup suara untuk dirinya bersama Djarot Saiful Hidayat pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Saya kerja ikhlas saja. Saya kan kalau jadi gubernur lagi mau jalankan program kan, menurut saya program ini paling benar," kata Ahok, kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Dalam dua hasil survei terakhir, yaitu dari LSI dan Median, elektabilitas Ahok-Djarot berada di bawah pesaingnya, Anies-Sandiaga.
Saat menanggapi hal itu, Ahok menyatakan, Anies akan menjadi Gubernur DKI Jakarta yang baru jika hasil survei itu sama dengan hasil pemungutan suara pada 19 April 2017.
"Kalau memang hasil survei sesuai dengan tanggal 19 April, ya berarti Oktober 2017 orang Jakarta punya gubernur baru, namanya Anies. Sederhana kan?" kata Ahok.
Jika Ahok Kalah
Ahok mengatakan ia pernah membayangkan jika dirinya tak jadi gubernur lagi. Dia menyatakan akan menjual tanah dan membeli mobil Range Rover jika dirinya tidak terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau anda pengin gubernur lain, saya puji Tuhan. Ngapain kerja pagi sampai malam urusin orang," kata Ahok, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, pada 20 Januari 2017.
Pada kesempatan itu, Ahok mengaku sudah ditawari pekerjaan dengan gaji Rp 250 juta per bulan di luar bonus. Ahok menyebut, hal itu tak didapatkannya ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Hanya saja, ketika Ahok mendapat amanah kembali menjadi Gubernur, dia memastikan akan bekerja sebaik-baiknya untuk warga.
"Saya enggak terima suap, hari Sabtu-Minggu saya bawa pulang 2 koper untuk disposisi. Saya orangnya sangat ikhlas. Kalau anda tidak kasih kesempatan saya menuntaskan pekerjaan ini, saya akan bekerja dengan baik sampai Oktober 2017," kata Ahok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H