Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masa Sulit Kaum Miskin Pedesaan Filipina di Era Duterte

23 Maret 2017   19:00 Diperbarui: 24 Maret 2017   03:00 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Efren bersama dengan istrinya, Evelyn, membuka kios sari- sari di depan rumah mereka di Filipina. Kiosnya saat ini tutup karena kekurangan modal.

Tim saya, rekan-rekan dari Ceritalah telah mengunjungi dan berbincang dengan Efren dan keluarganya sejak September tahun lalu, hanya 2 bulan setelah Rodrigo Duterte dilantik sebagai Presiden pada Juni 2016.

Efren, istrinya Evelyn dan keempat anaknya adalah pendukung Duterte. Mereka miskin, tidak mempunyai lahan namun pekerja keras. Efren juga mendukung “Perang terhadap Narkoba” yang diinisiasi Presiden Duterte.

Efren bersama dengan istrinya, Evelyn, membuka kios sari- sari di depan rumah mereka di Filipina. Kiosnya saat ini tutup karena kekurangan modal.Dia mulai bekerja saat berumur 14 tahun dan menyiangi lahannya selama enam tahun dengan alat yang sederhana. Dia masih menyimpan satu dari alat tersebut di rumahnya sebagai kenang-kenangan atas kerja kerasnya selama bertahun-tahun sebagai buruh.

Ayah dan kakeknya bekerja pada lahan yang sama yang berjarak 30 menit dari kota.
Keluarganya telah hidup di lahan yang sama selama 4 generasi tanpa mengeluarkan uang sewa sepeserpun.

Pola kehidupan ini merupakan bagian dari hubungan yang rumit antara pekerja dan tuan mereka di daerah ujung Filipina yang mempunyai kemiripan dengan sistem feodal.

Meskipun demikian, anak-anak Efren mampu meraih kesuksesan melalui upaya mereka masing-masing. Anak perempuan pertamanya, Emy telah menikah dengan Neil, seorang insinyur di pabrik pengolahan tebu, dan mereka dianugerahi seorang anak perempuan.

Ramiel menjual makanan rumahan di sebuah restoran lokal, sementara Efren Junior kuliah Ilmu Komputer di Universitas Teknologi Filipina. Anak laki-laki Efren yang paling kecil, Janry, masih duduk di bangku SMA.

Namun sekarang, Efren terpaksa harus meninggalkan ladang kecilnya yang telah dianggap keluarganya sebagai rumah sendiri.

Pemilik lahan telah memberikan pilihan alternatif kepada Efren untuk pindah ke tempat yang berjarak 7-8 kilometer dari kota.

Tempat tersebut terletak di wilayah terpencil tanpa akses listrik ataupun air. Meskipun anak-anaknya telah mampu membiayai hidupnya masing-masing, Efren tidak mempunyai uang untuk membangun tempat tinggal baru.

Istri Efren, Evelyn yang merupakan seorang lulusan universitas, kurang setuju dengan kepindahan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun