BEKASI, KOMPAS.com - Selama masa kampanye pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017, calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan tiga Anies Baswedan kerap dituding dan dianggap hanya pandai beretorika.
Tudingan itu kerap disampaikan oleh pihak-pihak yang menjadi pendukung calon pesaingnya. Ditemui usai kunjungannya ke rumah mantan gubernur DKI Jakarta Sutiyoso di Jalan Kalimanggis, Jatikarya, Bekasi, Senin (6/3/2017), Anies angkat bicara menanggapi tudingan itu.
Menurut Anies, dirinya tidak pernah melontarkan ide yang tidak akan bisa direalisasikannya. Ia kemudian mencontohkan program Indonesia Mengajar, yakni sebuah program penempatan para sarjana muda untuk mengajar di daerah-daerah yang berada di pelosok Indonesia.
Program tersebut merupakan program yang digagas oleh Anies.
"Indonesia Mengajar itu ide. Tapi apakah idenya itu hanya tertulis? Enggak tuh. Bahkan sekarang ada lebih dari 100 kota yang ada kelas inspirasi. Artinya idenya itu dijalankan dan terwujud," kata Anies.
Tidak hanya Indonesia Mengajar, Anies juga mencontohkan idenya untuk menempatkan guru-guru di daerah perbatasan sudah dilakukannya saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada kurun waktu Oktober 2014-Juli 2016.
"Prestasi-prestasi pendidikan yang hari ini ada di laporan presiden itu semua adalah terobosan yang dilakukan. Guru garis depan. Anda lihat saja laporan di kantor presiden. Itu semua adalah ide, kemudian dieksekusi," ujar Anies. (Baca: Jika Tidak di Pilkada, Anies Yakin Program Rumah DP 0 Rupiah Akan Didukung)
Anies menilai tidak masalah apabila seseorang melontarkan ide selama ide tersebut dapat diwujudkannya. Khusus ide yang dilontarkannya saat sudah berstatus sebagai cagub, Anies yakin hal itu akan bisa diwujudkannya jika nantinya terpilih menjadi Gubernur DKI.
Menurut Anies, ide merupakan suatu hal yang sangat penting dan perlu dihargai. Sangat pentingnya ide itulah yang dinilai Anies membuat adanya perlindungan hak cipta.
"Jadi kalau orang menganggap ide enggak penting, berarti enggak usah ada hak cipta ya. Jadi jangan hanya karena berbeda kubu kemudian muncul arguman yang terlalu sumir," ucap Anies.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H