Keteladanan keluarga menjalankan nilai luhur Pancasila akan Iebih efektif bagi generasi muda sekarang, ketimbang menggunakan pendekatan indoktrinasi. Sebab, mereka Iebih senang cara-cara yang komunikatif, partisipatif, dan interaktif.
Contoh pengamalan Pancasila yang paling relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari adalah menerima perbedaan dan saling menghargai. Bila tidak dikenalkan nilai Pancasila secara intens, maka otomatis pola pikir anak bangsa terutama generasi muda akan terpengaruh, termasuk dalam cara mereka menjalankan toIeransi bergama, antar suku, atau pemikiran tentang keadilan sosial.
Pemerintah diharapkan bisa mengawasi dan mengingatkan Iebih intens lagi mengenai pelajaran Pancasila di Iembaga pendidikan formal. Kalau kurikulum jelas, maka pelaksanaannya ini yang perlu diawasi lagi.
Jadi, alangkah naifnya ketika di usia dini anak-anak di sekolah diberikan pelajaran dan ilmu budi pekerti yang luhur ala Pancasila, tetapi di luarsana para pemimpin, elite, dan orangtua mereka justru terus mempertontonkan perilaku menyimpang dari nilai-nilai Pancasila. lni sebuah paradoks yang tak boleh dianggap remeh karena boleh jadi malah akan membuat generasi muda menjadi kian apatis terhadap segala hal berbau Pancasila.
Karena itu, langkah besar harus dimulai dengan memperkuat pilar kebangsaan, yakni Pancasila harus mampu dihadirkan secara nyata di tengah-tengah masyarakat. Bukan hanya lantang dalam pidato-pidato, bukan pula hanya dimasukkan kurikulum sebagai pelajaran moral di bangku-bangku sekolah. Sekali Iagi, negeri ini lebih membutuhkan teladan untuk membumikan Pancasila daripada sekadar memformalkannya dalam pendidikan moral Pancasila."
Ketua Umum JAYAPERBANGSA (Jaringan Pemberdayaan Perempuan Untuk Pembangunan Bangsa), Yesri Tandiseru, memaparkan, 'Kita harus meningkatkan peran perempuan dalam segala sektor pembangunan.Kaum perempuan adalah aset bangsa, potensi besar dan investasi yang penting bagi Indonesia, yang dapat berkontribusi besar bagi bangsa. Pemberdayaan perempuan berarti memperbaiki kualitas generasi berikutnya, karena perempuan merupakan tokoh sentral, pendidik utama di keluarga,"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H