Mohon tunggu...
JTO
JTO Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2014), Semua Orang Bisa Sukses (2015) dan Investasi Mulia (2016) email: intartosaja@gmail.com. Blog: www.catatanmuriddahlan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahagia itu Sederhana

17 Oktober 2013   16:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:25 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Satai ayam pesanan saya sedang diracik, saat seseorang menepuk pundak saya dengan sapaan mengejutkan. “JTO!”

Dari suaranya, saya langsung menebak. Suaranya khas dan pernah akrab di telinga saya lebih dari 20 tahun lamanya. “Kok seperti suara Dahlan Iskan?”

Ternyata dugaan saya benar. Sosok yang menepuk bahu saya memang Dahlan Iskan yang Menteri BUMN itu. “Eh, Pak Boss…” jawab saya sambil meminta jabat tangan.

“Pak Boss” adalah panggilan saya kepada Dahlan Iskan, sejak 23 tahun lalu. Ketika sudah menjadi CEO PLN, panggilan itu sulit saya ubah. Bahkan setelah menjadi menteri pun, saya terlanjur biasa memanggil “Pak Boss”.

“Waduh, satai pesanan Anda pakai kecap ya? Saya kira pakai bumbu kacang” komentar Dahlan, sembari mengurungkan niatnya untuk mengambil satai dari piring saya.

“Saya pesen satu porsi satai kambing dengan bumbu kacang,” ujar Dahlan kepada ibu berjilbab pemilik warung satai di emper sebuah restoran itu.

“Dari mana Pak Bos?” tanya saya membuka pembicaraan, sembari menyantap satai. “Rapat dengan di DPR,” jawab Dahlan sambil menghela napas panjang.

Melihat ekspresinya yang tidak terlalu bersemangat menceritakan agenda rapatnya di DPR, saya pun berinisiatif membuka topik lain: Evan Dimas, bintang sepak bola Garuda Muda U-19. Saya pilih tema sepak bola, karena selelah apa pun Dahlan, selalu punya energi lebih ketika bicara soal sepak bola.

Kemenangan tim Garuda Muda U-19 mengalahkan Korea Selatan dan penampilan cemerlang Evan Dimas, menurut Dahlan, adalah contoh konkrit bahwa prestasi emas tidak bisa diraih secara instan. Semua butuh proses yang panjang. Butuh kerja keras, butuh sungguh-sungguh 24 karat dan mental yang kuat. “Saya bangga karena pahlawan sepak bola itu lahir dari Sekolah Sepak Bola Mitra Surabaya,” jelas Dahlan.

SSB Mitra Surabaya, adalah sekolah sepak bola yang telah lama dibina Dahlan. Jauh sebelum menjadi menteri, Dahlan telah membina sekolah itu. Dahlan bahkan pernah memimpin klub yang dulu bernama Niac Mitra itu, saat masih menhadi CEO Jawa Pos.

Diskusi yang hangat Rabu menjelang tengah malam (16/10) itu terhenti, karena beberapa orang pembeli tiba-tiba menyela karena minta waktu foto bersama. Mereka berfoto bergiliran sampai Dahlan meninggalkan warung menuju mobilnya. Pedagang satai, tukang parkir, penjual rokok. Semua minta foto bareng. “Bahagia itu ternyata sederhana,” komentar Dahlan sebelum menutup pintu mobilnya.

Joko Intarto @IntartoJoko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun