Mohon tunggu...
JTO
JTO Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berpengalaman mengelola perusahaan penerbitan media cetak dan televisi lokal. Sekarang penulis, pengajar dan pengelola rumah produksi. Memberi pelatihan jurnalistik untuk wartawan dan praktisi kehumasan. Memberi konsultasi bisnis media dan strategi komunikasi. Menulis buku Bisnis Gila (2004) dan Akal Sehat Dahlan Iskan (2014), Semua Orang Bisa Sukses (2015) dan Investasi Mulia (2016) email: intartosaja@gmail.com. Blog: www.catatanmuriddahlan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasi Jagung untuk Terapi Diabetes

30 November 2013   20:17 Diperbarui: 4 April 2017   18:02 5848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah susahnya penderita diabetes mellitus atau kencing manis. Makan nasi saja dibatasi. Apalagi kalau beras yang jadi bahan nasi.

Diabetes sepertinya akrab dalam kehidupan saya. Ayah menderita diabetes ketika saya masih remaja. Dua adik ibu saya pun mengalami hal yang sama. Demikian pula nasib ayah mertua.

Interaksi yang lama dengan para penderita diabetes itu membuat saya punya pengetahuan baru. Ilmu itu saya pelajari bukan dari buku, melainkan dari keseharian ibu.

Salah satunya adalah teknik membuat nasi jagung instan. Nasi jagung yang satu ini cukup unik, karena cara memasaknya sangat praktis. Butiran nasi jagung yang kering hanya perlu direndam air panas, kemudian ditanak seperti nasi beras. Dalam 30 menit, nasi jagung yang manis aromanya sudah siap dinikmati.

Ide membuat nasi jagung instan sebenarnya berawal dari ‘’kepepet’’. Sebagai seorang guru, ibu saya tidak punya cukup waktu untuk memasak nasi jagung. Padahal, nasi jagung itu sangat baik untuk menjaga kadar gula. Kebetulan, ayah juga tidak terlalu suka dengan kentang untuk pengganti nasi.

Kata ayah, kentang rebus kalau dimakan dengan sayur bayam atau lodeh, rasanya agak aneh. Kurang cocok. Rasanya berbeda kentang diganti nasi jagung.

Karena sempitnya waktu, ibu saya mencari akal agar bisa memasak nasi jagung dengan mudah dan cepat. Setelah melalui beberapa eksperimen, ketemu juga cara membuat nasi jagung instan itu.

Membuat Karu

Pilih jagung terbaik yang sudah kering. Setelah dipipil, jagung kemudian digiling kasar atau ditumbuh untuk memisahkan kulit dari bijinya.

Jagung yang sudah terkupas kulitnya kemudian digiling hingga pecahannya sebesar pasir. Butiran pasir jagung itu kemudian dikukus hingga menjadi karu atau nasi setengah matang.

Nasi jagung karu selanjutnya dijemur di bawah matahari hingga kering. Waktu penjemurannya bisa satu hingga dua hari. Bila menggunakan mesin pengering akan lebih bagus lagi. Pengeringan nasi jagung bisa lebih cepat karena tidak bergantung cuaca.

Bila sudah kering, berarti nasi jagung karu instan sudah jadi. Langkah berikutnya adalah memasukkan ke dalam wadah. Gunakan bungkus yang aman dan terlindung dari cahaya maupun sinar matahari langsung.

Memasak Nasi Jagung

Ambil nasi jagung karu sesuai kebutuhan. Rendam di dalam air panas sekitar 10 menit hingga mengembang. Setelah itu, masukkan ke magic jar, tambahi air sesuai aturan. Tunggu hingga 20 menit. Bila lampu penunjuk sudah berpindah dari ‘’cook’’ ke ‘’warm’’ tandanya nasi sudah siap disajikan.

Berbeda dengan nasi beras yang cenderung berasa tawar, nasi jagung itu rasanya cenderung manis. Namun, manisnya jagung tidak berbahaya bagi penderita diabetes. Saya percaya, karena ayah juga menggunakan kecap, minyak goreng, gula dan sirup berbahan baku jagung.

Berdasar pengalaman, nasi jagung efektif untuk mengontrol kadar gula darah para penderita diabetes. Selama mengonsumsi nasi jagung, gula darah ayah selalu stabil.

Selain lebih lezat untuk ‘’lidah’’ Indonesia, ayah bisa makan sampai merasa kenyang. Sebelum mengenal nasi jagung instan, makan kenyang bagi ayah adalah sesuatu yang ‘’terlarang’’.

Saat mertua masih hidup, saya selalu memiliki persediaan nasi jagung instan. Nasi itu saya datangkan dari sebuah kelompok tani di Malang, Jawa Timur.

Karena setiap kiriman jumlahnya cukup banyak, saya berinisiatif menawarkan nasi jagung instan itu kepada sahabat mertua yang aktif di sebuah klub penderita diabetes, di Jakarta Utara. Tujuannya selain untuk membantu mereka juga agar umur stok di rumah tidak terlalu lama.

Demikian pengalaman saya, kompasianer. Semoga Anda memperoleh manfaat setelah membaca.

Joko Intarto @IntartoJoko

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun