Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kemenristekdikti Lirik Udang Windu Pinrang

8 Oktober 2019   23:58 Diperbarui: 9 Oktober 2019   05:28 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Direktur Sistem Inovasi, Ditjen Penguatan inovasi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Dr. Ir. Ophirtus Sumule  mengatakan, Phronima Suppa memiliki prospek untuk mengembalikan kejayaan komoditas udang windu di kabupaten Pinrang, Sulawesi selatan. 

Hilirisasi Phronima Suppa selain untuk pakan alami udang windu di tambak juga bisa dikembangkan menjadi industri baru dalam bentuk tepung sebagai campuran pakan buatan untuk udang.   

"Phronima ini merupakan icon baru dalam mengembangkan udang windu di kabupaten Pinrang," ungkap Ophirtus Sumule dalam FGD yang bertemakan klaster inovasi Produk Unggulan Daerah (PUD) udang windu di Lanrisang kabupaten Pinrang, Selasa (8/10). Guna mengembalikan kejayaan udang windu diperlukan kajian terkait dengan target produksi dan jaminan pasar.

Untuk mencapai target produksi udang windu tidak hanya mengembangkan pakan alami phronima. Menurut Dr. Andi Parenrengi, M.Sc, phronima hanya salah satu input produksi dalam budidaya udang. Namun yang paling penting adalah bagaimana praktik budidaya dapat diaplikasi secara sempurna dari mulai persiapan lahan, pemilihan benur yang berkualitas, manajemen kualitas air hingga pengelolaan lingkungan perairan tambak. "Kita harus menerapkan praktik cara budidaya udang yang baik, salah satunya adalah menyediakan pakan yang cukup dan berkualitas," kata ketua Pusat Unggulan Iptek (PUI) udang Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros.

img-20190902-090049-5d9d0e80097f366afe017ef2.jpg
img-20190902-090049-5d9d0e80097f366afe017ef2.jpg
Ketersediaan benur udang windu yang cukup dan berkualitas, dukungan inovasi teknologi budidaya serta pengawasan hama penyakit menjadi peran pemerintah pusat melalui UPT yang ada di daerah seperti Balai Perikanan Budidaya Air Payau yang ada di Takalar dan BRPBAP3 yang ada di Maros. Selama ini kedua UPT KKP tersebut telah menjalankan perannya di Pinrang untuk ikut mendukung peningkatan produksi perikanan.

Dalam rangka peningkatan produksi udang windu di Pinrang memang memerlukan kajian mendalam untuk mencapai target 6.000 ton per tahun. Padahal produksi udang windu tahun 2018 silam baru tercapai 2.874,6 ton. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi selatan, Ir. Sulkaf Latif menilai produksi udang windu Pinrang masih menempati urutan teratas meskipun secara keseluruhan produksi udang windu Sulsel beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Tenaga ahli gubernur Sulawesi selatan bidang perikanan budidaya, Prof. Hattah Fattah optimis untuk mencapai target produksi tersebut. Menurutnya, kabupaten Pinrang memiliki potensi budidaya udang windu sekitar 15.026,20 hektare yang tersebar dari kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro sompe, Cempa, Duampanua dan kecamatan Lembang.

Selain potensi wilayah yang luas juga didukung oleh adanya pakan alami Phronima yang telah ditemukan dan dikembangkan sejak beberapa tahun lalu. Menurut Hattah Fattah, dengan adanya Phronima suppa (Phronima sp) menjadi bagian elementer dari konsistensi pengembangan udang windu di kabupaten Pinrang. "Phronima suppa potensial diaplikasikan tidak hanya pada tambak tetapi pada panti pembenihan (hatchery) dan pentokolan udang windu," ungkap wakil Rektor Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Dari sisi pemasaran harga udang windu tetap stabil dalam tiga tahun terakhir. Stabilnya harga udang windu disebabkan karena memiliki pangsa pasar sendiri. Selama ini udang windu Pinrang di ekspor ke Jepang diantaranya melalui PT. Alter Tred Indonesia (Atina) yang merupakan anak perusahaan dari Alter Tred Jepang INC (ATJ) yang berkedudukan di Tokyo, Jepang. Sebanyak 60 persen dari volume ekspor PT. Atina ke Jepang dipasok dari Pinrang.

Bagian pemasaran PT Atina Sidoarjo, Bagus Julianto mengakui udang windu di pasaran luar negeri (Jepang) memiliki konsumen fanatik sehingga sulit berpaling ke udang lain. Menghadapi target produksi 6.000 ton per tahun, Bagus Julianto optimis untuk tetap menyerap produksi udang windu Pinrang.

Selain ke Jepang, pemasaran udang windu Pinrang juga diharapkan masuk pasar Amerika dan negara Uni Eropa. Dalam tiga tahun terakhir ini sedang dalam proses sertifikasi oleh Asian Seafood Improvement Collaborative (ASIC) untuk tujuan eskpor negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Pasar ekspor yang besar akan menghasilkan permintaan dan pasar yang besar terhadap produk hilirisasi dan mendorong pertumbuhan industri baru.

Kepala Dinas Perikanan Pinrang, Ir. Andi Budaya optimis untuk meraih target peningkatan produksi udang windu di Pinrang. Selain pemerintah daerah, peran dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat sangat penting. Demikian juga dukungan eksportir udang dalam menyerap produksi dari pembudidaya. Selama ini PT Atina cukup membantu pemasaran udang windu Pinrang ke Jepang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun