Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Anak Sungai Saddang Tercemar Limbah?

19 September 2019   15:35 Diperbarui: 21 September 2019   07:21 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peneliti BRPBAP3 Mulai Survei | dokpri

Sungai Saddang, merupakan sungai terpanjang di Provinsi Sulawesi Selatan dengan panjang sekitar 150 kilometer. Aliran sungai Saddang sendiri mengalir dari mulai kabupaten Tator, Enrekang, Pinrang hingga Polewali Mandar di Sulawesi Barat.  

Sungai Saddang memiliki banyak anak sungai, satu di antaranya adalah sungai Kariango yang melintas di kecamatan Mattirobulu, Suppa dan bermuara di Sumpang saddang kelurahan Lanrisang kecamatan Lanrisang kabupaten Pinrang.

Aliran air sungai Saddang banyak dimanfaatkan oleh mayarakat sekitar untuk keperluan sumber air bersih, irigasi sawah dan perkebunan hingga keperluan air untuk usaha budidaya perikanan darat dan tambak air payau. Selama ini air sungai Saddang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Pinrang.

Beberapa pekan terakhir ini, air dari anak sungai Saddang tidak lagi bersahabat seperti biasanya. Masyarakat sekitar yang memanfaatkan air sungai Saddang mulai terusik mengeluhkan kualitas fisik air yang menimbulkan bau busuk menyengat  dan warna hitam pekat. Tambak ikan yang mensuplai air dari sungai itu ditemukan ikan bandeng dan udang mati mendadak. 

Demikian juga yang diakui oleh Fadli, petani padi di desa Mallongi-longi kecamatan Lanrisang, tanaman padinya tiba-tiba mati seperti terkena semprotan herbisida setelah tiga hari memompa air sungai untuk irigasi sawahnya. Fakta lain mendukung kalau air anak sungai Saddang ini tercemar ketika ada sejumlah warga mencari ikan di sepanjang kurang lebih 1,5 kilomter tetapi tidak satu ekor juga di dapat. Padahal beberapa bulan sebelumnya ketika menyusuri aliran sungai yang sama dapat hasil berbagai jenis ikan, kepiting dan udang.  

Melihat fakta dan kondisi di sepanjang aliran sungai ini maka masyarakat sekitar menduga kalau sumber cemaran itu berasal dari air buangan limbah industri pengolahan rumput laut yang terletak di desa Polewali kecamatan Suppa. Fadli pun mengungkap kalau sudah bertahun-tahun tinggal di sekitar anak sungai Saddang baru kali ini melihat kejadian yang sangat meresahkan banyak orang.

Mendengar keluhan warganya, Bupati Pinrang, Andi Irwan Hamid bergerak cepat menyikapi adanya keresahan warga sekitar, terkait dugaan tercemarnya air sungai Kariango akibat limbah pabrik dari salah satu perusahaan pengolahan rumput laut di Pinrang.

Didampingi kepala Dinas Lingkungan Hidup, Ir. Sudirman, Kepala Dinas Perikanan, Ir. Budaya dan sejumlah pejabat terkait melakukan dialog dengan sejumlah elemen masyarakat Lanrisang dan Suppa di atas jembatan Ujungnge. 

Dialog digelar untuk mendengar langsung aspirasi dan keluhan masyarakat terkait dugaan pencemaran air sungai akibat limbah pabrik dari pengolahan rumput laut. Setelah mendengar keluhan dari waarganya, Bupati bersama rombongan mendatangi lokasi industri pengolahan rumput laut milik investor China PT. Biota Laut Ganggang (BLG) di kecamatan Suppa. 

Kunjungan bupati selain untuk konfirmasi dengan pihak manajemen perusahaan juga melihat aktivitas di dalam perusahaan tersebut termasuk sistem pengelolaan limbah sebelum dibuang ke sungai.

Bupati Andi Irwan Hamid Dialog dengan Warga | katasulsel.com
Bupati Andi Irwan Hamid Dialog dengan Warga | katasulsel.com
Guna memastikan jenis, sumber dan ambang batas cemaran di sungai Kariango maka tim peneliti sumberdaya lahan dan lingkungan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, KKP melakukan survei dan mengambil sampel air di aliran sungai Kariango. Sampel air tersebut akan dianalisis di laboratorium air dan tanah BRPBAP3 Maros.

Peneliti BRPBAP3 Mulai Survei | dokpri
Peneliti BRPBAP3 Mulai Survei | dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun