Pembudidaya tambak di kabupaten Pinrang sebagian besar mengelola tambaknya secara tradisional denga
n sistem polikultur (campuran) antara udang windu dengan ikan bandeng. Untuk satu hektar lahan biasanya ditebar 10-20 ribu ekor benur windu dan 1.000-1.500 ekor nener bandeng. Benur yang ditebar adalah benur yang telah ditokolkan sekitar 10 hari. Setelah dipelihara sekitar 3-4 bulan dilakukan panen.Â
Selain udang windu dan bandeng yang dipanen juga ada beberapa jenis ikan lain sebagai hasil ikutan seperti mujair, bandeng laki, ikan kakap dan lainnya. Dari sekian macam hasil sampingan ternyata ikan kakap menjadi incaran utama pasar lokal.
Ikan kakap yang ditangkap di tambak benihnya berasal dari alam (laut) lolos masuk ke tambak bersamaan dengan air pasang. Benih itulah yang tumbuh sebagai hama bagi udang windu yang dibudidayakan. Kakap Putih (Lates calcalifer, Bloch) biasa dikenal dengan nama lokal Pinrang Bale Kanja (ikan bagus) semua orang menyukainya karena memilki daging yang halus dan sedikit duri. Keunggulannya itu sehingga memiliki pasar dan harga yang tinggi.Â
Untuk pasaran lokal ikan kakap tambak ukuran berat 350 gram dapat dihargai Rp.25-30 ribu per ekor. Ikan kakap seberat itu biasanya seumuran dengan ikan bandeng yang dibudidaya di tambak yakni 3-4 bulan.
Untuk mengatasi kendala ketersediaan benih tersebut maka penyuluh perikanan di desa Waetuoe kecamatan Lanrisang meyampaikan persoalan itu ke dinas perikanan. Kepala Dinas Perikanan Pinrang mengapresiasi usulan penyuluh untuk mengembangkan budidaya ikan kakap di tambak. "Memang sekarang diperlukan diversifikasi komoditi budidaya tambak jangan hanya bandeng dan udang windu," ungkap Andi Budaya Hamid. Kepala Dinas Perikanan Pinrang.
Tahun 2018 Pokdakan di Lanrisang melalui rekomendasi dinas Perikanan mendapatkan bantuan benih kakap putih dari BPBL Ambon. Benih kakap tersebut dibudidaya secara tradisional polikultur dengan udang windu. Berawal dari inisiatif penyuluh perikanan tersebut maka BPBL Ambon terus gelontorkan bantuan benih kakap putih di kabupaten Pinrang sebagai salah satu kabupaten binaannya.Â
Pada Maret hingga April 2019 sudah tersalur 335.000 ekor benih kakap putih dari BPBL Ambon. Selain di kecamatan Lanrisang, kini budidaya kakap putih berkembang ke kecamatan Suppa, Mattiro Sompe dan kecamatan Duampanua.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto melakukan kunjungan kerja di kabupaten Pinrang, Rabu (10/7). Kunjungan tersebut dalam rangka launching kawasan budidaya kakap putih dan penyerahan bantuan benih di kelurahan Pallameang, kecamatan Marriro Sompe, serta melakukan sampling pertumbuhan kakap putih di tambak kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Cempae desa Waetuoe kecamatan Lanrisang, Pinrang.Â
Saat berdialog dengan penyuluh perikanan dan masyarakat pembudidaya dengan dirjen perikanan budidaya, kepala Dinas Perikanan Pinrang Ir Budaya mengatakan bahwa penyuluh di desa Waetuoe ini yang merangkap sebagai pembudidaya pertama kali mencoba polikultur kakap putih dengan udang windu. Â
Slamet Soebjakto mengatakan, memang seharusnya penyuluh perikanan lebih bagus mengelola lahan budidaya sebagai tempat ujicoba setiap teknologi baru sebelum disebarluaskan ke pembudidaya binaannya. "Saya sempat kaget karena kakap putih bisa dibudidayakan bersama dengan udang windu dalam satu petakan tambak yang lebih awal dicoba oleh penyuluh," ungkap Slamet ketika melakukan sampling pertumbuhan kakap putih di desa Waetuoe.
Budidaya kakap putih yang berlangsung di kelompok pembudidaya ikan di desa Waetuoe dan di kelurahan Lanrisang kecamatan Lanrisang merupakan benih bantuan dari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon. Tahun 2019 sudah ada sekitar 335 ribu ekor bantuan benih kakap putih dari BPBL Ambon yang tersebar di lima kelompok pembudidaya ikan di kecamatan Lanrisang dan kecamatan Suppa.Â
Pertumbuhan kakap putih cukup bagus dan lebih cepat dari bandeng. Dengan padat tebaran 1.000 ekor per hekatar mampu mencapai bobot 300-350 gram per ekor dalam tempo 75 hari sejak tebar. Agar bisa hidup secara polikultur dengan udang windu maka lebih dahulu ditebar benur udang windu 10-15 ribu ekor.Â
Selang satu bulan baru disusul tebar benih kakap putih sehingga ikan kakap tidak memangsa udang windu. Ikan kakap seberat 300-350 gram itu sudah laku di pasaran sekitar Rp.20-25 ribu per ekor. Untuk satu hektar tambak bisa panen kakap putih 150-200 kilogram dan udang windu 200-300 kilogram persiklus
 Dirjen mengatakan, budidaya kakap putih memiliki prospek pasar yang bagus, selain dipasarkan hidup juga dipasarkan dalam keadaan sudah mati dengan harga yang sama-sama mahal. Soebjakto juga menjelaskan, bantuan benih ikan dari KKP sebagai bentuk motivasi bagi pemerintah pusat agar pembudidaya tetap semangat meningkatkan produksi hasil perikanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H