Selain budidaya udang windu dan udang vaname sebagai program unggulan tahun 2015 maka tahun 2016 kegiatan pengembangan rumput laut dan pengembangan pakan ikan mandiri menjadi program baru di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pinrang. Meski demikian udang windu dan udang vaname tetap dilanjutkan untuk terus digenjot produksinya. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala DKP Pinrang, Ir.H.Andi Budaya Hamid di ruang kerjanya, Selasa, 28/12 kemarin.
Dikatakan Andi Budaya Hamid, program penigkatan produksi perikanan merupakan bagian dari 19 program unggulan pemerintah kabupaten Pinrang. Untuk mencapai sasaran tersebut menurutnya ada tiga point yang perlu ditangani oleh DKP antara lain peningkatan sumberdaya manusia, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan serta peningkatan penggunaan sarana produksi perikanan. “Ketiga hal tersebut harus saling mendukung dan tidak boleh ada salah satunya lepas,” tambah Andi Budaya Hamid.
Seperti diketahui bahwa kabupaten Pinrang dengan panjang garis pantai sekitar 93 kilometer yang membentang dari perbatasan kota Parepare sampai Polewali Mandar Sulawesi barat. Sepanjang pantai bibir selat Makassar itu terdapat 6 kecamatan yang memiliki potensi perikanan budidaya seperti budidaya rumput laut, pertambakan udang dan yang lainnya.
Di Pinrang, luas lahan potensi perikanan tambak mencapai 15.675 ha dengan pola budidaya tradisional, semi intensif, polikultur udang dan bandeng serta sedikit budidaya pola intensif. Kawasan tambak tersebar di enam kecamatan wilayah pesisir, yaitu Suppa (2.203 ha), Lasinrang (1.5675 ha), Mattirosompe (4.131 ha), Cempa (2.341 ha), Duampanua (5.101 ha), dan Lembang (339 ha).
Bermodalkan dengan potensi pertambakan udang tersebut maka Pinrang merupakan salah satu daerah pemasok udang windu tersebesar di Sulawesi Selatan, dimana pada tahun 2013 produksi udang windu terbesar di Sulawesi Selatan, yaitu2.973,2 ton, meningkat dari produksi tahun 2012 sebesar 2.931 ton.Sementara tahun 2014 produksinya naik menjadi 3.125,3 ton atau meningkat 100,82 persen dari target sebesar 3.100 ton tahun lalu dan pada tahun 2015 peningkatan produksi lebih dari 100 persen.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang, Ir H. Andi Budaya Hamid menjelaskan, tercapainya target produksi komoditas ekspor seperti udang windu didorong oleh peluang pasar dan beberapa kebijakan strategis yang telah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang. Kebijakan tersebut antara lain pengembangan kawasan minapolitan di beberapa lokasi yang mampu mendongkrak produksi dengan mengoptimalkan potensi lahan tambak yang ada.“Melihat peluang itu maka minat dan kepercayaan investor dan masyarakat lokal untuk terjun ke usaha budidaya udang semakin meningkat,” kata Andi Budaya Hamid.
Agar investor dan pembudidaya udang termotivasi mengembangkan usaha budidaya udang khususnya udang windu maka Dinas Kelautan dan Perikanan melakukan perbaikan infrastruktur tambak berupa normalisasi saluran, perbaikan pintu air, pembangunan jembatan dan pemeliharaan jalan tambak. Demikian juga pengembangan budidaya berbasis kawasan. Bantuan sarana budidaya yang merupakan stimulus bagi pembudidayaturut berperan serta dalam menaikkan produksi komoditas ekspor perikanan tersebut. Selain itu kegiatan lainnya yang menjadi pemicu meningkatnya produksi udang seperti pendampingan kelompok, pengembangan tambak percontohasn aplikasi pakan alami phronima dan probiotik rica. “Termasuk kerjasama lintas sektor dan stakeholder untuk memudahkan pengembangan inovasi teknologi dalam budidaya udang,” kata Andi Budaya Hamid.
Selain udang windu dan udang vaname komoditas ekspor lainnya yang akan digenjot produksinya adalah rumput laut. Produksi rumput laut tahun 2014-2015 baru mencapai 3.699-5.000 ton. Padahal saat ini sudah ada investor Cina membangun industri pengolahan rumput laut di desa Polewali kecamatan Suppa. Investor dari Cina dibawah bendera PT. Biota Laut Ganggang (BLG) tersebut membangun pengolahan rumput laut jenis Cottoni dengan kapasitas olah sekitar 80 ton pertahun.
Jika melihat kemampuan produksi yang telah dicapai selama ini hanya sekitar 5.000 ton maka semakin terbuka peluang untuk memanfaatkan potensi laut yang ada. “Beruntung tahun 2016 pemerintah pusat melalui kementerian kelautan dan perikanan menggelontorkan anggaran untuk kegiatan pengembangan rumput laut yang ilengkapi dengan kebun bibit di kecamatan Suppa sehingga mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani dan nelayan pesisir,” kata Andi Budaya Hamid.
Sedangkan produksi udang vanamei tahun yang sama melampaui target dari 630 ton terealisasi 636,8 ton. “Kedepan pengembangan udang vaname akan fokus pada kawasan-kawasan tertentu karena dikhawatirkan pencemaran limbahnya,” kata Andi Budaya Hamid. Meski demikian karena vaname memiliki prospek pasar lebih menggiurkan daripada udang windu saat ini sehingga pengembangan vaname secara sederhana hingga teknologi intensif tetap ditolerir pada kawasan yang sesuai.
Andi Budaya mengakui masih ada kendala dalam menggenjot komoditas perikanan di Pinrang.Salah satunya adalah serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri di sejumlah kawasan pertambakan udang di Pinrang.Berdasarkan hasil pemantauan hama dan penyakit udang yang dilakukan oleh Balai Besar Karantina Ikan Makassa, jenis- jenis Hama Penyakit Ikan/Hama Penyakit Ikan Karantina yang ditemukan menginfeksi udang vannamei di Kabupaten Pinrang tahun 2015 adalah penyakit WSSV. Untuk menanggulangi terjadinya serangan penyakit pada udang di tambak maka Andi Budaya mengharapkan agar petani tambak tidak menggunakan benur yang tidak melalui pemeriksaan PCR.Jika ada kelainan pada udang atau benur maka petambak diminta untuk menghubungi petugas di Pos pelayanan perikanan terpadu (Posikandu) yang ada di Langnga kecamatan Mattiro Sompe.
Selain komoditas ekspor, Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang juga mengejar realisasi dari target produksi masing-masing komoditi perikanan lainnya. Misalnya ikan bandeng meskipun belum menjadi prioritas ekspor namun produksinya terus meningkat.Tahun lalu produksi bandeng ditarget 18.000 ton namun realisasi produksi 18.183,5 ton.Meningkatnya produksi bandeng tersebut dipicu oleh semakin berkembangnya usaha pengolahan bandeng cabut duri yang menyebabkan harga bandeng stabil sepanjang tahun.Demikian halnya dengan ikan nila melampaui target dari 500 ton terealisasi 670,8 ton, ikan mas produksinya 1.798,2 ton, ikan lele 63,6 ton. Komoditas ikan air tawar tersebut juga memiliki prospek pasar yang cerah karena permintaan konsumen lokal dari kabupaten tetangga terus meningkat. “Pinrang merupakan urutan pertama produksi ikan air tawarnya di Sulsel dengan cita rasa yang beda dengan ikan air tawar dari kabupaten lainnya,” katanya.
Sementara hasil perikanan tangkap (laut) terealisasi 13.100,62 ton dari target 11.799,31 ton. Meningkatnya produksi perikanan laut tersebut disebabkan semakin berkembangnya armada penangkapan ikan dan terjaganya biota laut dari illegal fishing karena diawasi oleh kelompok pengawasan masyarakat (Pokwasmas) binaan Dinas Kelautan dan Perikanan Pinrang. Untuk tahun 2016 DKP Pinrang akan memberikan bantuan kapal kepada 17 Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan tonase kapal 5-20 Grosstone (GT).
Selain itu DKP akan fokus pengelolaan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di kecamatan Suppa. PPI tersebut telah dilengkapi beberapa fasilitas seperti kedai nelayan, perbengkelan, tempat perbaikan jaring, pabrik es, stasiun penisian bahan bakar dan fasilitas perkantoran untuk pengusaha pembelian ikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H