Peristiwa demonstrasi yang terjadi di Jayapura,Papua pada tanggal 29 Agustus kemari berakhir ricuh dan anarkis. Demonstrasi ini diduga terjadi sebagai respons lantaran tindakan dan atau ucapan rasisme terhadap mahasiswa asal Papua di Surabaya, Jawa Timur.
Akibat demostrasi ini, aktivitas ekonomi di Jayapura lumpuh total dan masyarakat memilih untuk tidak keluar dan berdiam didalam rumah. Diantara ratusan personil pasukan pengawal dan masyarakat sipil yang ikut turun tangan meredam amukan massa, turut hadir legenda hidup sepak bola Persipura yang menjelma bak malaikat penolong.
Adalah Yafet Sibi, legenda sepak bola Persipura yang pernah merumput era tahun 70-an itu telah berhasil menghalau massa pendemo yang hendak membakar SPBU Nagoya di Kota Jayapura. Yefet bercerita, ketika aksi demonstrasi berlangsung, dia berada sekitar 50 meter dari SPBU Nagoya dan dia berada  tepat di persimpangan menuju jalan Irian dan Jalan Toli.
Saat itu, massa yang berada beberapa ratus meter didepannya tampak melakukan perusakaan dengan melempari setiap bangunan yang dilewati sepanjang jalan. Ketika itu juga ia berpikir untuk melakukan sesuatu guna untuk mengalihkan rute yang dilewati massa dengan cara, ia menggunakan pakaian masyarakat pegunungan dan mengucapkan yel-yel yang biasa masyarakat lontarkan.
Karena sosoknya yang sudah cukup dikenal, Yefet mengaku ada beberapa mahasiswa yang memanggilnya dengan sebutan Pak Ondo( kepala suku), kemudian ia memanfaatkan untuk ikut menjaga SPBU dan ingin menghalau massa demosntrasi.
"Dari tiga grup yang menyambang, saya terlebih dulu berada di Tugu Marthen Indey, saya mengenakan atribut pegunungan untuk saya mengarahkan massa tidak boleh lewat disini(Jalan Irian) dan saya arahkan kesana(jalan Koti)" Pungkas Yefet, seperti dilansir dari Kompas.Com
Namun rencana dan upaya Yefet tidak sepenuhnya sempurna dan berhasil karena masih ada belasan orang yang lewat dijalan Irian dan melakukan pembakaran bangunan sebelum SPBU Nagoya. Sontak pada momen iitulah Yohan Sombuk selaku Pengawas dan Maneger Oprasional SPBU Nagoya berperan.
Waktu itu Yohan sedang berada didepan SPBU dengan kondisi pagar sudah ditutup, sebagai langkah antisipasi. Ia mengaku telah menyiapkan air mineral untuk siap diberikan kepada massa pendemo yang haus, alih-alih agar mereka tidak berbuat anarkis ditempat kerjanya.
"Saya suruh mereka minum karena sebagian dari mereka kehausan. Sebagai orang papua yang kerja disini, saya punya kapasitas dan tanggungjawab untuk menjaga SPBU saya ini" imbuhnya.
Meski ada massa yang tetap melempari kea rah SPBU Nagoya tapi tidak menyebabkan kerusakan parah, hanya ada dua kaca di bagian kantor lantai dua yang pecah. Meski massa sudah lewat dari area SPBU, sedini suasana masih terasa mencekam karena ada beberapa bangunan disekitaran SPBU yang dalam kondisi terbakar dan volume api sudah mulai membesar.