Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ini Dia! 5 Cerpen Horor Mandarin Terbaik

13 Juni 2024   15:16 Diperbarui: 13 Juni 2024   15:16 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini Dia! 5 Cerpen Horor Mandarin Terbaik. Sumber Gambar: DokPri

Benar, hari ini 13 Juni. Artinya, sepuluh hari telah berlalu sejak batas akhir sayembara cerpen horor mandarin yang diselenggarakan oleh komunitas Pulpen di Kompasiana, asuhan Bang Horas.

Sebanyak 21 tulisan yang ikut lomba. Berasal dari 14 penulis. Semuanya keren. Sayangnya, hanya ada tiga cerpen terpilih yang berhak bawa pulang novel Qi-Sha: Tujuh Bintang Petaka, karya Acek Rudy. Plus, salah satu yang terbaik akan mendapatkan bonus tambahan berupa saldo Go-Pay sebesar Rp100.000.

Tentu, ada yang penasaran, bagaimana cara aku, sebagai juri, menentukan pemenang. Jujur, sulit. Jangankan menentukan tiga terbaik, untuk lima yang terbaik saja, getaran hati dan keringat basah sudah bercampur bak es teler. Eh...

Jadi, sekalian aja, ya.

Meski ada frasa keputusan juri tidak bisa diganggu gugat, tetapi tidak ada salahnya membuat review, sekaligus alasan mengapa ada pemenang dan ada yang belum jadi juara.

Selera tentu menjadi dasar utama pertimbangan. Meski demikian, ada juga beberapa faktor lainnya yang harus dipatuhi. Terutama dari sisi tema utama: Cepen horor mandarin. Saya dan Bang Horas sudah sepakat, bahwa cerpen yang disertakan harus berdasarkan budaya, mitos, legenda, dan/atau tradisi Tionghoa.

Dengan demikian, aturan ini jelas.

Sayangnya, beberapa cerpen yang disertakan dalam lomba ini tidak sesuai dengan persyaratan utama. Ada yang hanya menggunakan tokoh orang Tionghoa, tanpa memasukkan unsur budaya, tradisi, mitos, ataupun legenda yang cukup kuat untuk memajukan plot. Sebaliknya, beberapa lagi memiliki unsur budaya dan tradisi Tionghoa yang kuat, tetapi yang ditulis bukan cerpen, melainkan artikel non-fiksi.

Sayang, sungguh sayang.

Nah, daripada penasaran, saya berikan saja review singkat untuk lima cerpen terbaik. Biar ada gambaran, seperti apakah cerpen yang baik versi diriku, sebagai juri.

Diriku Dalam Cermin. Karya: Tiashae

Blurb: Mayleen bersama adiknya Miu-zhen mendapat wasiat untuk menjaga rumah amma yang misterius hanya untuk mendapatkan kenyataan, bahwa sang amma sedang mencari pewaris untuk rumah itu, sekaligus menjadi E-Gui yang berikutnya.

Komentar: Dalam mitologi China, E Gui atau hantu kelaparan adalah manifestasi dari arwah manusia yang melakukan dosa atas keserakahan selama masih hidup. Meskipun E Gui bukanlah kutukan warisan, sebagaimana yang tertuang dalam kisah ini, tetapi penulis sudah berhasil menekankan bahwa keserakahan-lah yang menjadi penyebab utama mengapa Mayleen yang akhirnya terpilih menjadi E Gui.   

Bayangan Pintu Merah. Karya: Jandris Slamat Tambatua

Blurb: Rasa penasaran Xiao Mei yang baru pindah ke desa Xian Long berbuah petaka. Pintu merah yang seharusnya sakral menjadi bahan candaan. Ia telat menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar di belakang cerita-cerita yang tampak sepele.

Komentar: Pesan moral yang terkandung dalam kisah ini cukup menarik untuk direnungkan. Menghargai dan menghormati keyakinan orang lain lebih penting daripada membuktikan bahwa keyakinan itu benar atau salah. Latar dan penceritaan cerpen ini cukup mumpuni, meskipun demikian alur yang terlalu sederhana tidak cukup kuat untuk sebuah cerpen yang bisa bikin pembaca penasaran.

Sepatu Teratai dari Guang Zhou: Dendam Berujung Tragedi. Karya: Irfan Hamonangan Tarihoran.

Blurb: Sizhu sudah tidak bisa menangis lagi. Statusnya sebagai anak angkat sudah cukup membuatnya menderita. Diperparah lagi dengan perlakuan Yueyin, adik tirinya yang tidak pernah menganggap dirinya pantas untuk dihargai. Hingga suatu waktu, dalam perjalanan ke Guangzhou, Sizhu bertemu dengan seorang pria tua yang menghadiahkannya Sepatu Teratai yang bisa mengabulkan semua permintaan. Benda sakti yang menjadi berkah sekaligus kutukan bagi pemiliknya.

Komentar: Sepatu Teratai adalah kisah kelam di balik praktik foot binding di China selama era Dinasti Qing hingga masa-masa awal republik. Praktik ini memuat banyak kisah sedih nan menyiksa. Saya salut dengan ide Irfan yang menjadikan materi ini sebagai kisah horornya. Cerpen yang bagus, tetapi akan menjadi lebih menarik bilamana dipadukan dengan latar belakang sejarah imigran awal di Indonesia yang masih menjalani praktik ini. 

Perjanjian Keramat, Xieshu. Karya: Mochamad Iqbal

Blurb: Rizky, pemilik saluran Youtube misteri ingin membuktikan bahwa hantu tidak pernah ada. Suatu waktu ia mendapatkan undangan untuk meliput sebuah rumah angker di Kawasan Glodok. Liputan yang seharusnya mendulang cuan itu berakhir tragis. Rizky dipaksa untuk menyelesaikan sebuah perjanjian mengerikan yang dilakukan oleh pemilik rumah di masa lalu.

Komentar: Sebagai penulis, Iqbal berhasil mengisahkan latar dan penceritaan dengan begitu apik. Plot yang ditulis dengan diksi sederhana, tetapi tidak kaleng-kaleng, mampu membuat pembaca terhanyut dalam kisah. Selain itu, Iqbal juga berhasil menjelaskan istilah-istilah Tionghoa yang jarang diulik, termasuk doa-doa tradisi beserta artinya. Riset yang tidak main-main, usaha yang menghasilkan sebuah cerpen yang keren. Salut.

Pernikahan. Karya: Banyu Biru.

Blurb: Ini kisah tentang Ana. Seorang wanita yang tidak ingin perempuan di luar sana mengalami apa yang ia rasakan. Cinta, suami, dan pernikahan, adalah penderitaan. Alur kisah yang diramu apik dengan plot twist yang yang bikin wow, membuat cerpen ini menjadi pilihan utama saya.

Komentar: Banyu Biru piawai dalam mengangkat sebuah tema yang tidak biasa dengan alur yang luar biasa. Meskipun pernikahan hantu dalam tradisi Tionghoa tidak sekelam ini, tetapi penulis mampu membuatnya menjadi sebuah cerita yang cukup masuk akal. Horor yang diselip menjadikan kisah ini menarik untuk dibaca hingga berulang-ulang kali.

Nah, semoga dengan ulasan singkat ini, kamu, kamu, dan kamu bisa mendapat gambaran tentang alasan saya memilih lima cerpen yang paling baik di antara yang terbaik.

Akhir kata, ucapan terima kasih saya kepada Bang Horas dan komunitas Pulpen.

Untuk pengumuman pemenang 1,2,3, silakan cek infonya di IG @pulpenkompasiana

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun