Lalu, yang paling keren adalah menambah rasa pada kalimat. Tehnik ini mengacu kepada memberikan kalimat showing, bukan telling. Coba perhatikan contoh di bawah ini:
Telling: "Tomi berjalan dengan wajah lesu, pikirannya dipenuhi oleh ribuan pertanyaan yang belum terjawab."
Showing: "Tomi melangkah dengan kepala tertunduk. Ditendangnya kerikil-kerikil yang berada dalam pandangan, seolah-olah itu adalah jawaban atas pertanyaan yang masih tersisa di kepalanya. Â Â
Nah, bisa lihat perbedaannya? Alih-alih mendikte apa yang dipikir atau dilakukan oleh Tomi, lebih baik menggambarkan apa yang sedang terjadi dengan Tomi. Biarkan pembaca yang menilai, membayangkan suasana hati, dan jalan pikirannya. Dengan demikian, pembaca akan lebih larut dalam rasa, dan lebih melekat dengan kisah yang dituliskan.
Setelah memperbaiki teknis dasar kepenulisan, kami pun lanjut bekerja mengurai alur kisah secara keseluruhan, mengulik plausabilitas yang mungkin masih tersisa dan meyeimbangkan narasi dan dialog.
Hasilnya?
Aku benar-benar puas. Alur kisah tidak berubah, dan gaya acek rudy masih kental terasa. Sebagaimana komentar dari para penerbit. Idenya fresh dan original, plotnya pun unik. Satu-satunya yang berubah dari novel ini adalah menjadi lebih menarik untuk dibaca.
Banyak hal yang membuat novel ini menarik, terutama dari sisi plot.
Legenda, Mitos, dan Sejarah yang Diramu Menjadi Satu
Mungkin pembaca sudah pernah tahu tentang legenda siluman ular putih melalui acara televisi 90an yang pernah viral. Namun, apakah pembaca sudah pernah mendengar tentang legenda putri Li-zi dari zaman dinasti Zhou yang konon sangat kejam sehingga diberi julukan siluman ular putih?