Artikel ini aku tulis dengan terburu-buru. Itu karena sebuah gambar baru saja singgah di gawaiku. Dari seorang kawan yang bernama Yasin Thamrin. Ia baru saja melakukan tes ritual masyarakat Tionghoa yang sudah terlaksana ratusan tahun lamanya.
Membuat telur berdiri.
Dan, ia berhasil. Foto aku lampirkan sebagai bukti pada judul tulisan ini.
Hari ini adalah hari besar bagi warga keturunan Tionghoa. Penanggalan imleknya adalah tanggal 5 bulan 5. Masyarakat umum mengetahuinya sebagai Festival makan Bakcang. Juga, Festival Perahu Naga. Sungai-sungai di belahan dunia, ramai riuh dengan para peserta yang memperlombakan perahu naga buatan sendiri.
Begitu pula di Indonesia. Menurut informasi, setidaknya ada empat lokasi yang menggelar Festival Perahu Naga pada tahun ini (2023). Lokasinya adalah; Pantai Parangtritis, Yogyakarta, Sungai Cisadane, Tangerang; Desa Rebo, Bangka, Bangka Belitung; dan Pantai Pasar Padi, Babel.
Banyak makna filsafat yang terkandung di balik perayaan besar ini. Bakcang dan Perahu Naga sendiri terkait kisah yang sama.
Tentang sosok kepahlawanan seorang bangsawan yang bernama Qu Yuan. Dikisahkan bahwa ia adalah seorang Menteri yang sangat berpengaruh. Ia juga disebutkan sebagai seorang yang welas asih dan memerhatikan rakyat. Sebagai pejabat pemerintah, konon Qu Yuan juga berprestasi menyatukan enam negara di bawah negara Chu.
Hingga suatu hari ia difitnah, diusir dari negeri sendiri. Di pengasingan, Qu Yuan mendengar kabar bahwa negaranya hancur akibat pengkhianatan. Sakit hati, ia membacakan puisi yang berjudul "Li Sao." Artinya adalah "Jatuh dalam Kesukaran."
Setelahnya, sang Menteri mengambil Tindakan nekad. Untuk menunjukkan rasa cintanya kepada negeri, ia menjatuhkan dirinya ke dalam sungai. Rakyat yang mencintainya lalu berbondong-bondong memasukkan makanan berupa beras berisi daging. Hal itu dilakukan sebagai usaha agar tubuh sang Menteri tidak dimakan binatang laut.
Tradisi pun berlanjut. Setiap tanggal 5 bulan ke-5 yang dipercayai sebagai hari mangkatnya Qu Yuan, rakyat beramai-ramai membuat bakcang dan memasukkannya ke sungai.
Adapun Peh Cun yang secara harafiah berarti Perahu Naga, melambangkan kekuasaan sang legenda yang tetap hidup di hati rakyatnya, walaupun sudah "menetap" di dasar sungai.
Masih ada tambahannya lagi terkait kisah Bakcang ini. Orang Tionghoa yang senang berfilosofis pun memasukkan unsur kearifan lokal dalam makna kuliner Bakcang.
Bentuknya menyerupai piramida, tapi terdiri dari empat sisi.
- Yang pertama adalah Zhi-su artinya Berpuas Diri. Tapi, bisa juga tidak serakah.
- Sudut kedua adalah Gan-en makna dari Bersyukur, menghargai setiap detik kehidupan, dan terlebih lagi menjauhi iri dan dengki.
- Bagian ketiga adalah Shang-jie yang melambangkan Pengertian. Bisa juga berarti toleransi, senantiasa melihat sisi baik dari sesama manusia.
- Dan, yang keempat disebut dengan Pao-rong. Maknanya adalah Merangkul atau cinta kasih kepada sesama.
Selain itu. menurut pengamatan astrologi Tiongkok Kuno, tanggal 5 di bulan ke-5 adalah waktu di mana matahari berada pada garis yang sejajar dengan bulan. Banyak peristiwa yang terjadi.
Orang-orang China kuno menyebutnya sebagai hari yang sangat panas sehingga jika tidak berhati-hati, maka kesehatan akan terganggu. Itulah sebabnya di beberapa tempat, tradisi ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga Kesehatan.
Tengah hari pada tanggal ini adalah waktu datangnya mukjizat. Banyak warga China yang memiliki kepercayaan bahwa air sungai yang diambil di tengah hari adalah air yang bisa bawa hoki, menyembuhkan penyakit, dan hal-hal baik lainnya.
ini adalah saat yang tepat untuk mandi sungai di tengah hari. Ataupun minum air dari sungai rezeki. Â
Nah, kembali kepada telor berdiri. Apa yang sebenarnya terjadi?
Dengan posisi matahari dan bulan berada pada jarak yang paling berdekatan, konon kekacauan gravitasi sedang terjadi. Bumi sedang bingung, arah mana yang hendak ia tuju.
Katanya sih, dari "kekacauan" inilah akhirnya manusia bisa mendirikan telor di siang hari. Ayo sisa beberapa jam lagi. Mau coba?
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H