Kendati demikian, Waras cukup ternama di Kompasiana. Ia sering menyapa sesama penulis. Tulisannya pun bernas, meskipun jarang masuk ke dalam deretan Artikel Utama. Namun, cerpennya selalu menempati urutan teratas dalam kolom NT (Nilai Tertinggi).
Tidak banyak yang ia tuliskan. Hanya seminggu sekali. Tepatnya pada setiap malam jumat. Itu karena si Waras ini memang penulis genre horor. Ia spesialis di bidang itu. Alam gaib selalu menjadi bahan tulisannya. Baik dalam bentuk cerpen, kisah inspiratif, sejarah, atau apa saja.
Itulah mengapa ia membentuk sebuah komunitas setelah program Temu Kompasiana dibentuk oleh Admin-K. Mengumpulkan para Kompasianer yang senang dengan kisah-kisah horor.
Nama komunitasnya keren, BAKALAMA. Melambangkan persahabatan sejati yang tidak sesaat. Mottonya; Bakal Lama kita di Kompasiana. Ah, keren pokoknya.
Setelah membentuk komunitas, si Waras mengundang beberapa Kompasianer yang ia rasa cocok. Katanya, yang berjodoh dengannya. Entah apa maksudnya dengan "berjodoh." Apakah karena ia merasa cocok, atau sudah melalui hitung-hitungan weton.
Aku termasuk salah satunya yang diundang.
Begitu pula dengan beberapa nama keren nan beken lainnya. Seperti Ari Budiwati yang selalu disapa Mas, padahal wanita. Budi Silsilah, si ahli jurnalisme warga, David Goliath, pemenang best opinion tahun lalu. Lalu, ada juga Widz Steep, diaspora yang baru saja menerbitkan buku novel, Mba Muthi yang ahli politik timur tengah, Sigit Eka Riyadi yang selalu menulis tips bisnis, dan masih banyak lagi.
Tanggal 18 Mei 2023, bertepatan dengan hari jumat kliwon. Seperti biasa, grup perpesanan BAKALAMA ramai terisi oleh percakapan para anggota. Apa saja menjadi bahan bicara. Mulai dari resep masakan, kisah menyeramkan, hingga bualan-bualan tidak jelas.
Tepat pukul 10:00 malam, Waras hadir di grup.
"Izin titip ya, puisi terbaru aku." Begitu yang ia tulis, dibarengi dengan berbagai jenis emotikon yang menggugah hati.
Judulnya; "Kebo Kumembeng."