Sinopsis ini dibuat untuk menjawab pertanyaan dari para sahabat. Selamat menikmati ~ Acek Rudy
Alkisah di sebuah desa yang terpencil dan terkucil, lahirlah seorang gadis yang bernama Arundaya Gayatri (Arun). Ayahnya Tionghoa dan ibunya adalah penduduk pribumi Kawurungan, desa tempat kelahiran Arun.
Kelahiran Arun seharusnya membawa berkah, karena ia lahir dengan salah satu weton yang paling sakral. Namun, Sayangnya tidak demikian. Penduduk desa menganggapnya aneh, tersebab ia tidak banyak bergaul, tidak banyak berbicara. Kecuali hanya kepada Zasil, sosok tanpa wujud, penguasa gaib Kawurungan.
Kedekatannya dengan Zasil memunculkan masalah. Arun dianggap sebagai agen iblis, anak si tukang tenun. Puncaknya pada saat ia berusia 12 tahun. Saat ia dipinang oleh Zasil untuk dijadikan permaisuri kerajaan gaib Kawurungan. Arun menolak, konsekuensinya telak. Kemana pun gadis itu berada, teror menjadi bagian hidupnya. Satu demi satu penduduk Kawurungan mati dengan cara mengenaskan. Termasuk kedua orangtuanya.
Akhirnya, Kepala Desa Kawurungan mengambil inisiatif. Arun "diusir" dari Kawurungan. Pergi ke Jakarta. Di Ibu kota, gadis itu tinggal bersama kedua orangtua angkatnya yang merupakan saudara kandung dari ayahnya.
Arun hidup tenang dan damai. Perangainya perlahan berubah. Dari pendiam menjadi riang. Dari penuh kebencian hingga bergelimang kasih sayang. Itu karena didikan dari kedua orangtua angkatnya. Dan, juga gemblengan dari sahabat barunya, Peri Sumana yang tinggal di altar seorang dewi bergaun putih di dalam rumah barunya.
Lima tahun berlalu dengan  begitu cepat. Zasil pun muncul kembali menagih janji, tepat pada saat Arun berusia 17 tahun. Kejadian lama pun berulang lagi. Arun kembali menjadi sosok penebar teror. Satu per satu, orang-orang terdekatnya mati mengenaskan. Begitu pula dengan kedua orangtua angkatnya.
Baca juga:Â Elevasi Buddhisme dan Jawa dalam Petualangan Psikologi Horor; Berdansa dengan Kematian, Karya Acek Rudy
Di tempat lain, seorang gadis bernama Maandy Herhalen de Zon terjebak dalam situasi hidup-mati akibat ulah seorang Ghost Writer anonymous yang menulis buku, Gali Lubang Buka Lubang; Biografi pimpinan perusahaan tempat Maandy bekerja. Seorang pengusaha yang bernama Ivan Ghazali.
Buku tersebut mengandung kutukan. Meskipun bentuknya sama, Isinya bisa berbeda, tergantung dari siapa yang membacanya. Setiap pembaca mengalami kejadian mengerikan. Semacam ramalan atas kematian mereka.Â
Frustasi, Maandy pun menghubungi sahabatnya, Tomi Kantaka yang dikenal sebagai "pemburu hantu." Tomi dibantu oleh dua orang sahabatnya. Felix Sitorus yang berprofesi sebagai arkeolog, dan Lintang Ayu, seorang indigo yang berprofesi sebagai psikolog.
Penyelidikan mempertemukan Maandy dan kawan-kawannya dengan Arundaya Gayatri. Blog dari si "Penulis Hantu" ternyata adalah milik si anak gadis itu. Sebuah ekspedisi pun dibentuk, dipimpin oleh Tomi, menuju Kawurungan -- Jauh ke dalam hutan larangan. Tempat masa lalu Arun, tempat Zasil berada.
Baca juga: Mengulik Keseruan Novel Berdansa dengan Kematian, Karya Acek Rudy
Namun, sesampainya di desa itu, kesan mistis Kawurungan jauh dari harapan. Desa itu telah bertransformasi menjadi tempat yang modern, di bawah pimpinan Mbah Ukik, seorang Kepala Desa visioner. Meskipun begitu, legenda Kawurungan tetap ada. Khususnya tentang keberadaan seorang gadis kecil penebar teror.Â
Begitu juga dengan Arun, ia menemukan kejanggalan. Desa itu sama sekali berbeda dengan apa yang tertanam di benaknya. Tidak ada seorang pun warga desa yang ia kenali. Begitu pula dengan kondisi desa. Tempat itu seolah-olah bukan tanah kelahirannya.
Setelah kedatangan Arun dan kawan-kawannya, desa Kawurungan mulai dilanda petaka. Dimulai dari tragedi yang menimpa Nenek Waru. Seorang sinden berusia 80 tahun yang tewas dimultilasi orang yang tak dikenal, hingga rangkaian kejadian mengerikan selanjutnya yang kembali mengukuhkan posisi Arun sebagai gadis terkutuk.
Mbah Ukik pun membuka rahasia. Tentang keberadaan sebuah rumah tua yang menyimpan misteri --- Rumah Kebo Kumembeng.
Di dalam rumah angker itu, masa lalu Arun pun terkuak. Penemuan benda-benda misterius lainnya tidak saja membuka tabir misteri, tetapi juga mengukuhkan jejak keberadaan Zasil yang mengerikan.
Baca juga:Â Menikmati Budaya Jawa dan Tionghoa dalam Novel Berdansa dengan Kematian
Situasi bertambah runyam setelah Arun diculik oleh segerombolan orang yang tak dikenal. Ternyata Arun ingin dienyahkan bukan karena dianggap membawa kutukan. Tapi, ada intrik yang lebih besar yang mengancam kedamaian di Kawurungan.
Dalam situasi terdesak, Zasil muncul menyelamatkan Arun. Tapi, sang penguasa Kawurungan itu tidak pandang bulu. Para pendosa dan penoda Kawurungan harus dienyahkan. Termasuk sahabat-sahabat Arun. Semua demi wujud keinginannya untuk menjadikan Arun sebagai permaisuri Kawurungan.
Arun dihadapkan dengan sebuah situasi pelik. Ia harus memilih di antara dua pilihan sulit. Memuaskan keinginan Zasil atau mengorbankan nyawa sahabatnya. Pertarungan sengit pun terjadi di antara kebaikan melawan kejahatan.
Meskipun pada akhirnya kebaikan berhasil mengalahkan kejahatan. Meski pada akhirnya, Tomi dan kawan-kawannya berhasil menuntaskan misinya, teror belum sepenuhnya berakhir. Kutukan buku Gali Lubang Buka Lubang semakin menjadi-jadi. Semakin banyak korban, semakin banyak nyawa yang melayang.
Tomi, Maandy, dan kawan-kawannya kembali harus menuntaskan misi kedua mereka. Mencari tahu asal-usul dari si Penulis Hantu yang tak henti-hentinya menebar teror.
Akhir perburuan yang mendebarkan. Apa yang menanti jauh lebih berbaya dari apa yang mereka hadapi. Wujud kematian telah menyebar. Dalam sosok iblis yang tak pernah disangka-sangka.
Baca juga:Â Berdansa dengan Kematian, Pesan Tanpa Nasihat
Novel ini dibuat dengan alur yang tidak biasa. Menggiring pembaca ke masa lalu, lalu kembali lagi ke masa kini, menembus batas waktu. Membuat pembaca selalu ingin menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, semakin menebak, alur selanjutnya semakin sulit untuk ditebak. Hingga berujung kepada sebuah akhir yang mengejutkan.
Berdansa dengan Kematian mengadopsi tema psikologi thriller. Membuat pembaca bergidik karena alur kisahnya, bukan hanya sekadar jumpscare. Bertaburan cerita horor yang dibumbui adegan berdarah-darah, perkelahian seru, intrik culas, dan mitos alam gaib. Novel ini mampu memainkan emosi pembaca dengan begitu banyaknya plot twist yang tersaji.
Last but not least, secara keseluruhan novel yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo ini mengandung pesan universal. Meskipun dikemas dalam filosofi Buddha-Dhamma, tapi cukup relevan dengan kejadian sehari-hari manusia. Membawa pesan bahwa kebencian tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya cinta kasih yang bisa membawa kedamaian.
**
Acek Rudy for Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H