Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cap Go Meh, Keunikan dari Hasil Mengelabui Kaisar Langit

5 Februari 2023   07:18 Diperbarui: 5 Februari 2023   11:38 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cap Go Meh, Keunikan dari Hasil Menipu Kaisar Langit (gambar: tribunnewswiki.com)

Festival Cap Go Meh pada tahun 2023 ini jatuh pada hari Ahad 5 Februari 2023. Menandakan hari terakhir dalam rangkaian perayaan imlek 2574 Kongzili yang berlangsung selama 15 hari.

Tapi, tahukah kamu jika istilah Cap Go Meh hanya dikenal di Indonesia? Secara harfiah, 'Cap Go' berarti lima belas. Merujuk kepada tanggal 15 (Imlek). Dan 'Meh' berarti malam. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian - Dialek yang paling banyak berpengaruh dalam kata serapan bahasa China ke dalam bahasa Indonesia.

Di negara asalnya sendiri, perayaan ini disebut sebagai Yuanxiojie atau Festival Lentera.

Bagi orang Tionghoa di seluruh dunia, festival Lentera adalah salah satu perayaan terbesar dan juga terpenting. Tradisi ini sudah berlangsung lama, sudah sejak era Dinasti Han. Sudah sejak kira-kira 2.200 tahun yang lalu.

Secara umum, perayaan ini berwujud rasa syukur kepada Dewa Thai-yi atau dewa tertinggi dalam mitologi bangsa Han. Akan tetapi, festival ini sebenarnya dipopulerkan oleh para Biksu Buddha. Dugaan saya, berhubungan dengan salah satu hari raya terpenting bagi penganut agama Buddha, yaitu perayaan Maghapuja.

Hari Raya Maghapuja sendiri dirayakan pada saat bulan purnama bulan ketiga kalendar Buddha dan biasanya bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh. Dalam tradisi Buddhisme, Maghapuja dirayakan untuk mengenang peristiwa penting ketika Buddha Gautama bertemu dan menahbiskan 1.250 murid pertamanya. Oleh sebab itu Maghapuja disebut juga dengan nama "Hari Sangha."

Di kala itu, untuk merayakan Maghapuja para biksu Buddha melepaskan ribuan lentera ke langit. Membentuk cahaya indah di malam hari. Dan sejak itu, tradisi melepaskan lentera pun diadopsi oleh masyarakat umum dan menyebar ke seluruh China.

Bukanlah orang Tionghoa jika tidak menciptakan legenda. Begitu pula dengan perayaan Cap Go Meh ini. Dari kisah yang diwariskan secara turun temurun, disebutkan jika pada suatu hari Kaisar Langit marah kepada umat manusia. Tersebab angsa kesayangannya mati terbunuh oleh oknum yang tidak diketahui.

Akhirnya ia pun memutuskan untuk menjatuhkan hukuman kepada umat manusia. Caranya adalah dengan membakar kota. Lalu, muncullah sesosok peri yang baik hati. Ia membocorkan rahasia Langit demi menyelamatkan umat manusia. Si peri yang banyak akal ini lalu mengatur strategi. Ia meminta seluruh warga kota untuk menyalakan lentera pada hari penghakiman yang sudah ditentukan oleh Kaisar Langit.

Syahdan, penduduk kota pun mengikuti saran dari si peri. Dari atas istananya, Kaisar Langit melihat seluruh kota terang benderang. Ia merasa puas karena mengira kota sudah terbakar. Manusia yang berada di bawah sana pun selamat dari amukan si Kaisar Langit.

Sebagai wujud rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada sang Peri, Festival Lentera pun tetap diadakan hingga beratus-ratus tahun kemudian.

Secara umum, perayaan Cap Go Meh di seluruh dunia identik dengan pesta rakyat, pertunjukan barongsai dan Liong, petasan, festival lentera, hingga acara kumpul-kumpul bersama keluarga. Begitu pula di Indonesia.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang hanya identik dengan Indonesia. Tradisi tersebut tidak terdapat di negara lain. Sebagai contoh, beberapa jenis makanan seperti lontong Cap Go Meh, kue keranjang, hingga wedang ronde. Ini semua adalah buah hasil asimilasi warga Tionghoa yang telah berbaur dengan berbagai suku lainnya di Indonesia.

Demikian juga dengan pawai Tatung yang lazim diadakan setiap tahunnya di Singkawang, Palembang, Manado, dan beberapa kota lainnya. Itu semua hanya ada di Indonesia. Meskipun di Taiwan juga ada, tetapi konsepnya agak sedikit berbeda.

Di negara lain beda lagi. Kearifan lokal menumbuhkan tradisi-tradisi unik yang hanya bisa ditemukan di negara tersebut. Di Singapura, setiap tamu yang datang berkunjung ke rumah wajib diberikan dua buah jeruk. Makna filosofisnya adalah "Hoki Dobel" yang datang kepadanya. Sementara di Malaysia, buah Nanas menjadi hal yang wajib untuk dikonsumsi karena dipandang sebagai buah keberuntungan.

Korea Selatan juga merayakan imlek dengan versi mereka sendiri. Begitu pula dengan Cap Go Meh. Momen ini menjadi momen wajib bagi keluarga untuk berkumpul dan makan malam. Selain itu, warga Korea Selatan lebih memilih Cap Go Meh sebagai hari untuk bagi-bagi angpao. Bedanya, di sana bungkusnya berwarna putih, bukan merah. Menandakan arti dari kelahiran kembali.

Di Jepang Cap Go Meh dirayakan dengan menghias rumah dengan pohon pinus atau cemara. Setelah itu mereka akan makan malam bersama keluarga dan berkumpul di dekat perapian (kompor) hingga pukul 12 malam. Setelahnya seluruh kuil di Jepang akan membunyikan lonceng sebanyak 108 kali. Tanda bagi warga Jepang untuk ramai-ramai menuju kuil untuk bersembahyang.

China yang daerahnya luas dan memiliki penduduk yang majemuk juga memiliki tradisi perayaan yang berbeda-beda. Salah satu yang paling unik adalah tradisi untuk "mencari cinta." Sebagian warga jomlo percaya jika Dewi Cinta akan bermurah hati pada saat Cap Go Meh. Jika mereka belum menemukan pasangan atau sudah memiliki gebetan, maka momen ini adalah saat yang tepat untuk menyatakan "Wo Ai Ni."

Dan ada pula permainan tebak-tebakan. Caranya adalah dengan menaruh kertas berisi pertanyaan atau tanda-tanda rahasia. Jika ada warga yang ingin mencoba peruntungan, ia bisa mendatangi rumah si pemberi teka-teki. Jika berhasil menjawab dengan tepat maka mereka akan membawa pulang angpao sebagai hadiah.

Tradisi tebak-tebakan ini juga diadopsi oleh warga Jepang. Mereka menyebutnya sebagai Fukubukoro. Secara harfiah adalah tas keberuntungan. Biasanya toko-toko akan memajang beberapa tas yang dinamakan sesuai dengan semangat imlek. Seperti Tas Kebahagiaan, Tas Keberuntungan, Tas Panjang Umur, dan lain sebagainya. Tas tersebut isinya terdiri dari bermacam-macam paket yang dijual bundelan dengan harga murah. Para pembeli tidak tahu apa isinya, kecuali harga yang rela mereka keluarkan. Tentu saja menarik karena ada faktor keberuntungan disana.

Lalu, apa keuntungan toko? Tentu saja adalah keberuntungan. Menjual Fukubukoro dianggap membawa hoki dan berkah bagi usaha mereka.

**

Dengan begitu banyaknya kemeriahan yang berlangsung di seluruh dunia selama festival Cap Go Meh, sudah cukup menandakan bahwa festival ini adalah salah satu yang terpenting bagi mereka yang merayakannya.

Pada akhirnya, rangkaian pesta imlek akan berakhir pada hari itu. Tetapi semangat imlek akan terus berlangsung selama setahun ke depan. Kelinci Air akan terus berkuasa dan menurunkan hokinya kepada mereka yang menyambut imlek dengan meriah, menjauhi muram durja dan senantiasa bersuka ria.

Mau hoki sepanjang tahun? Jangan lupa berbahagia di hari berbahagia ini. Meskipun ada sedikit penyesalan, mengapa nenek moyang kita pernah mengelabui Kaisar Langit di saat Cap Go Meh.

Tapi, Ah... Itulah manusia. Pastilah Kaisar Langit hanya bisa mengurut-urut dadanya dan memaafkan kita semua.

Selamat Merayakan Cap Go Meh 2023 / 2574 Kongzili.

**

Acek Rudy for Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun