Tulisan kedua yang terlibat di novel ini berjudul "Berdansa dengan Kematian: The Beginning." (Kompasiana, 11 Desember 2022). Menceritakan seorang gadis remaja yang bernama Arundaya Gayatri. Ia lahir di desa Kawurungan. Sebuah desa yang terpencil dan terisolasi. Di sana ia memiliki masa lalu yang kelam. Menjadi kutukan bagi desa, menjadi sangkakala kematian bagi warga desa.
Syahdan, suatu waktu setelah ayah bundanya meninggal, ia pun dikirim ke kota tinggal bersama saudara ayahnya. Selama lima tahun ia hidup tenang, hingga akhirnya sesuatu dari masa lalu kembali datang mencengkramnya. Zasil, pangeran dari Kerajaan gaib Kawurungan. Anak iblis penguasa yang ingin mempersuntingnya.
Cerpen ketiga berjudul "Kisah Pesugihan Tuyul Warung Bakso" (Kompasiana, 9 Desember 2022). Dalam kisah ini, saya mengambil karakter Tomi (Thomas Ananda Kantaka), seorang jurnalis majalah misteri yang akan terlibat dalam sebuah penyelidikan kasus misteri.
Dari tiga cerpen ini, saya pun akhirnya berhasil membuat sebuah novel yang berjudul "Berdansa dengan Kematian." Totalnya 394 halaman. Tantangannya adalah bagaimana menggabungkan tiga cerpen berbeda, tiga tokoh berbeda, dan tiga alur berbeda menjadi sebuah novel lengkap dengan resep anti bingung.
Singkat cerita, novel itu pun jadi. Kukirimkan ke beberapa sahabatku untuk membacanya. Luar biasa; respons mereka positif. Sebagian memuji, tetapi lebih banyak lagi yang jatuh hati.
Ide liar berkembang, mengapa tidak langsung menyasar penerbit besar? Untungnya Kompasianer Anis Hidayatie termasuk salah seorang yang jatuh cinta kepada tulisanku. Ia pun memperkenalkanku dengan Mba Retno dari Elex Media. Naskah dikirim, responsnya hangat.
Menurut Mba Retno, novelku layak diterbitkan. "Ceritanya bagus, mengalir, dan unpredictable. Membacanya juga bikin kuduk berdiri dan banyak twist plot di sana-sini."
Beliau sampai bertanya, apakah aku pembaca Sydney Sheldon atau Agatha Christie? Karena novel ini memiliki kekhasan yang sama dengan kedua penulis itu.
Aku jawab, "tidak pernah." Sejujurnya memang tidak pernah. Tapi, kalau Nick Carter "iya." Eh...
Saya memang dipengaruhi oleh karya-karya Michael Crichton, Tom Clancy, dan terkhusus Dan Brown. Gaya yang kuadaptasi dari penulis terakhir ini adalah dengan membuat beberapa scene yang berbeda menjadi sebuah alur cerita bersambung. Tidak lupa juga pembaca dibuat penasaran pada setiap akhir bab. Selalu ada yang baru dan seru.
Di antara semuanya, yang paling menarik adalah pemilihan karakter utama. Dari 6 tokoh utama, ada tiga nama yang kucomot dari sahabat Kompasianerku. Mereka adalah: