Rumahnya di altar rumah Om Asung. Di samping seorang dewi bergaun putih. Le nie senang bermain denganku, katanya, aku memiliki kualitas Metta-Karuna. Penyayang dan juga penuh cinta.
Kami berbicara banyak hal, tentang karma yang sudah dimiliki setiap orang jauh sebelum ia lahir. Ia juga berkata jika diriku memiliki banyak perwujudan sebelum menjadi Arundaya yang sekarang. Aku berbakat dalam banyak hal, sehingga tidak kesulitan dalam mempelajari hal yang baru.
Lie nie juga selalu mewanti-wantiku untuk terus berbuat kebajikan dengan kemampuan yang kumiliki. Senantiasa menjaga ketenangan batin, dengan menekan nafsu lobha, dosa, dan tidak menjadi moha. Menjauhi keserakahan, kebencian, dan senantiasa memiliki batin yang tenang.
**
Tak terasa lima tahun telah berlalu, kini aku sudah menjadi seorang gadis remaja berusia 17 tahun. Aku mewarisi kulit putih Tionghoa ayahku, dan wajahku semanis gula jawa, mirip ibu.
Lie Nie sudah jarang menemuiku, mungkin ia sibuk. Atau mungkin juga karena kegemaran baruku, menulis. Dimulai dari oretan puisi di blog pribadiku. Tentang kehidupanku sehari-hari. Kekaguman kepada bunga Mawar di depan pintu, burung di langit biru, hingga Jonah yang mencuri perhatianku.
Bagi diriku, menulis adalah sebuah catatan perjalanan. Melengkapi sesuatu yang belum genap. Terlalu banyak episode dalam kehidupan ini yang tidak lengkap, menulis adalah cara untuk membuatnya utuh. "Kejarlah Tamat sebanyak mungkin," aku mengingat gagasan Dee Lestari.
Bagi banyak orang, menulis adalah proses penyembuhan. Benar juga sih, buktinya sejak rajin menulis, tiada lagi sosok suster tua yang membawa lilin berjalan-jalan, tiada lagi nyanyian sinden yang menusuk telinga, tiada lagi kehadiran bocah yang selalu ingin mencari mayat. Semua lenyap.
**
Aku mulai mengambil laptop, dan mengetik "Berdansa dengan Kematian." Tidak ada lanjutannya, cuman itu. Diriku hanya tergerak untuk menuliskannya. Biar saja seperti itu, karena pada saat-saat tertentu, ide pasti akan datang menghampiriku.
Aku mulai berbaring di atas tempat tidur, membuka novel Mariposa, karya Luluk HF. Novel ini telah menjadi novel dengan rekor pembaca terbanyak. Tapi, bukan itu yang membuatku tertarik, tetapi tentang kisah Acha, seorang siswi pintar yang jatuh cinta dengan Iqbal yang juga juara kelas.