Watu berkelana di antara waktu. Menjelajahi seluruh penjuru, mencari jawaban atas nasib yang sudah lama membeku.Â
Harta tak punya, Tahta tak lagi bersinggasana. Kewibawaan hilang, kemahsyuran tinggal kenangan, kekayaan pun jadi arang.
Watu merasa hidupnya sudah hampir hancur, hanya ditopang oleh satu ikatan lapuk, yang sebentar lagi putus.Â
Ia benci dengan keadaan, kebaikan tidak pernah datang. Harapan hanya bualan, menjadi kutukan bagi pencinta kemunafikan  Â
Watu bertemu bayu. Mengeluhkan duka yang lebih dari nestapa. Mengapa ia harus begitu. Terikat di antara derita. Menggantungkan hidupnya pada ketidakpastian, mengharapkan keberuntungan tidak sekadar obat penenang.
Bayu menjawab bingung. Mengapa engkau tidak melihat dengan kenyataan. Cobalah lihat ke bawah, sudah lama engkau pergi meninggalkannya. Cobalah lihat ke atas, engkau sedang menuju ke sana